WASIAT

BAB I

PENDAHULUAN

Ketika Rasulullah SAW berada di Mekkah pada waktu haji Wada’, beliau menjenguk Sa’ad bin Abi Waqqash yang sedang sakit keras yang telah mendekati waktu kematiannya. Karena Sa’ad tidak mau meninggal di tempat dia berhijrah (Mekkah), dia berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, saya takut mati ditempat saya berhijrah, sebagaimana yang telah dialami oleh Sa’ad bin Khaulah sebab tempat tersebut adalah tempat pertahanan orang-orang musyrik yang telah menyakiti Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sa’ad ingin meninggal di tempat penghijrahan (Madinah), yaitu tempat dimuliakannya Islam oleh Allah dan menjadi tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang memiliki keikhlasan tinggi. Ketika Rasulullah SAW mendengar nama Sa’ad bin Khaulah dari Sa’ad bin Abi Waqqash, beliau merasa kasihan kepadanya. Kemudian Rasulullah SAW berdo’a kepada Allah agar Sa’ad dapat meninggal dunia di kota Madinah Al-Muthahhirah.

Inilah sekilas tentang wasiat dari sahabat Rasulullah SAW yaitu sa'ad bin Abi Waqash. Sekarang bagaimanakah aturan wasiat itu sebenarnya baik menurut hukum Islam itu sendiri atau hukum Islam yang berlaku di Indonesia. Maka dalam makalah ini akan dibahas permasalahan yang berkenaan dengan wasiat tersebut.

BAB II

WASIAT

A. Pengertian Dan Hukum Wasiat

Wasiat adalah pesan seseorang kepada orang lain untuk mengurusi hartanya sesuai dengan pesannya itu sepeninggalnya. Jadi, wasiat merupakan tasaruf terhadap harta peninggalan yang akan dilaksanakan setelah meninggalnya orang yang berwasiat, dan berlaku setelah orang yang berwasiat itu meninggal.

Menurut asal hukumnya wasiat adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sukarela dalam segala keadaan. Oleh karena itu, dalam syari'at Islam tidak ada suatu wasiat yang wajib dilakukan dengan jalan putusan hakim.

Firman Allah SWT :

كتب عليكم اذا حضر احدكم الموت ان ترك خيرا الوصية للوالدين والأقربين بالمعروف حقا على المتقين. ( البقرة : 18 ).

"Diwajibkan atas kamu apabila seorang di antara kamu kedatangan ( tanda-tanda) mati jika ia meninggalkan harta yang banyak berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabat secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-baqarah: 180).

Wasiat dilakukan dengan cara :

1. Wasiat dilakukan secara lisan di hadapan dua orang saksi, atau tertulis di hadapan dua orang saksi atau di hadapan notaris. (pasal 195 ayat 1)

2. Wasiat hanya diperbolehkan sebanyak-banyaknya sepertiga dari harta warisan kecuali apabila semua ahli waris menyetujui. (pasal 195 ayat 2).

B. Batasan Wasiat

1. Ketentuan Wasiat

Untuk melaksanakan wasiat perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang dimiliki oleh pemberi wasiat. (pasal 195 ayat 2).

b. Apabila wasiat melebihi sepertiga dari harta warisan, sedangkan ahli waris ada yang tidak menyetujuinya, maka wasiat hanya dilaksanakan sampai batas sepertiga harta warisan. (pasal 201)

c. Jangan memberi wasiat kepada ahli waris yang sudah mendapat bagian cukup.

2. Rukun dan Syarat Wasiat

a. Rukun wasiat

1). Orang yang memberi wasiat

2). Orang yang menerima wasiat

3). Harta yang diwasiatkan

4). Shigat wasiat

b. Syarat wasiat

Syarat pewasiat

1). Baligh

2). Berakal

3). Dengan sukarela atas kemauan sendiri

Syarat orang yang menerima wasiat

1). Orangnya jelas, baik nama atau alamat

2). Ia ada ketika pemberian wasiat

3). Cakap menjalankan tugas yang diberikan pemberi wasiat

Syarat barang yang diwasiatkan

1). Berupa barang yang mempunyai nilai

2). Sudah ada ketika wasiat itu dibuat

3). Milik pemberi wasiat

Syarat shigat

Menggunakan kata-kata yang tegas menyatakan maksud wasiat.

C. Cara Melaksanakan Wasiat

1. Harta peninggalan jenazah harus diambil lebih dahulu untuk kepentingan pengurusan jenazah.

2. Setelah itu, harus dilunasi utang-utangnya lebih dahulu jika ia memiliki utang.

3. Diambil untuk memenuhi wasiat jenazah dengan catatan jangan lebih dari sepertiga harta peninggalan.

4. Setelah wasiat dipenuhi, maka harta peninggalannya diwariskan kepada ahli waris yang berhak.

D. Pencabutan Wasiat

1. Pewasiat dapat mencabut wasiatnya selama calon penerima wasiat belum menyatakan persetujuannya atau sudah menyatakan persetujuannya tetapi kemudian menarik kembali. (pasal 199 ayat 1)

2. Pencabutan wasiat dapat dilakukan secar lisan dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akte Notaris bila wasiat terdahulu dibuat secara lisan. (pasal 199 ayat 2).

3. Bila wasiat dibuat secara tertulis, maka hanya dapat dicabut dengan cara tertulis dengan disaksikan oleh dua orang saksi atau berdasarkan akte Notaris. (pasal 199 ayat 3).

4. Bila wasiat dibuat berdasarkan akte Notaris, maka hanya dapat dicabut berdasarkan akte Notaris. (pasal 199 ayat 4).

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah pada bab II, maka ada beberapa point yang dapat disimpulkan, yaitu:

1. Wasiat adalah pesan seseorang kepada orang lain untuk mengurusi hartanya sesuai dengan pesannya itu sepeninggalnya.

2. Batasan wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta yang dimiliki oleh pemberi wasiat.

3. Hal-hal yang berkenaan dengan wasiat yaitu : rukun, syarat , dan tata cara pelaksanaan wasiat.

4. Tentang pencabutan wasiat telah diatur oleh pasal 199 KHI (Kompilasi Hukum Islam) Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman H, SH, MH, 2004, Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Akademika Pressindo

Umam, Dian Khairul Drs, 1999, Fiqih Mawaris Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung : Pustaka Setia.

Posting Komentar

0 Komentar