Masalah Kedisiplinan Siswa



Oleh: Ahmad Taufik Mubarak, M.Pd.I

Kebanyakan besar siswa dibanyak sekolah berlaku tertib tetapi ada sebagian kecil yang berprilaku tidak baik. Hal ini menjadi masalah utama yang harus dihadapi administrator sekolah dan stafnya. Berikut beberapa hal terkait masalah tersebut.
A. Faktor-faktor yang Mempenarui Pencegahan dan Penguraan Perilaku SiswaYang Tidak Pantas
Tindak pencegahan dan mencari jalan keluar masalah disiplin siswa telah lama menjadi tanggung jawab administrator sekolah. Tanggung jawab ini menyita waktu administrator sekolah. Hal ini berakibat mereka mehabiskan waktu di dalam masalah disiplin tergantung banyak hal diantaranya jumlah siswa. Ada 2 faktor yang mempengaruhi keefektifan tersebut yaitu (1) pendapatnya tentang penyebab masalah kedisiplinan dan (2) pendekatan yang digunakan untuk mencegah atau mengatasi masalah tersebut. Pada bagian ini akan dibahas klasifikasi dan diagnosa masalah kedisiplinan siswa, pertimbangan secara umum untuk pencegahan dan penguranannya. Selain itu juga penekanan tentang pengembangan disiplin itu sendiri harus tetap dilakukan.

B. Tipe-tipe Masalah Kedisplinan
            Semua sekolah tidak mempunyai jenis kedisiplinan yang sama tetapi umumnya merasakan tingkat masalah kedisiplinan yang hampir sama. Meskipun sekolah melaporkan besarnya macam masalah kediplinan yang berbeda, secara umum ada empat kateori, seperti gambar. 3.1
Gambar 3.1 Tipe-tipe Masalah Kedisiplinan Siswa
-     Kelakuan tidak pantas di kelas: Membantah guru, tidak memperhatikan, menggangu siswa lain, perusakan, mencontek dan penyeranan.
-     Kelakuan tidak pantas diluar kelas: berkelai, perusakan, merokok, obat-obat terlarang, masalah pakaian, mencuri, berjudi (tetapi di sekolah/lingkungan sekolah) masalah sampah, aktipisme siswa dan berada di luar area yang tidak diizinkan.
-     Bolos: bolos di kelas dan bolos keluar sekolah
-     Terlambat: terlambat masuk kelas dan terlambat datang ke sekolah.
            Suatu bentuk kesulitan yang dihadapi dalam membuat suatu sistem dari pengkategorian masalah ini adalah suatu penekanan, apa yang mengangkat sebuah masalah. Memutuskan apa yang termasuk dalam sistem itu. Dalam sistem pengkategorian pada gambar 3.1, bentuk/masalah yang termasuk didalamnya adalah tipe-tipe yang kebanyakan terjadi yang dilaporkan sekolah sebagai masalah kedisiplinan siswa, tetapi perlu dike tahui bawa administrator sekolah dapat lebih mempersempit/memperluas cakupan masalah yang terdapat dalam sebuah sistem pengelompokan (mengurangi atau menambah tanggungjawabnya) dengan merubah batasan /difenisi apa yang merupakan prilaku siswa yang tidak pantas.
            Dalam menentukan tipe masalah kedisiplinan siswa yang sekolah dapat menerima tanggungjawab untuk mendisiplinkan, administrator sekolah dan stafnya harus mencoba untuk membuat batasan antara kelakuan siswa yang tidak pantas yang tercela dalam wewenang sekolah dan yang tercela dalam wewenang pihak luar lebih tepatnya, perusakan dan penjual obat-obatan terlarang adalah tindakan tidak pantas yang terjadi disebagian besar sekolah. Hal ini perlu hukuman disiplin, karena tindakan tertentu ini jua kejahatan hukum, membuat perdebatan apakah sekolah mempunyai hak sah dalam mendisiplinkan siswa sebagai tambahan apakah upaya penjatuhan hukuman kepada mereka dilakukan aparat polisi atau pengadilan. Harus diperhatikan bahwa sekolah terkadang perlu berperan dalam megnarakan. Membimbing dan  mendidik siswa yang melanggar hukum. Tetapi apakah sekolah juga harus berlaku sebagai institusi untuk memutuskan kesalahan dan sanksi administrasi masih diragukan. Sekolah memutuskan kesalahan dan sanksi administrasi yang tidak sah, tidak hanya menambah jumlah dan kesulitan masalah kedisiplinan yang harus ditetapkan/disetujui tetapi juga mencampuradukan/berlaku sunjektif pada siswa.
C. Menentukan/MendiagnosaMasalah Kedisiplinan
            Setelah menetapkan tipe kelakuan yang tidak pantas yang mewakili masalah kedisiplinan siswa, pendekatan pertama ketika menetapkan prilaku tidak baik yang didiagnosa alasannya. Sudah jelas bawa akan ada beberapa kasus yang harus diikuti  hukuman karena prilaku yang tidak baik/pantas, tetapi jika maksudnya untuk terjadi kembali,  hukuman saja mungkin tidak efektif. Semua tindakan ada sebabnya jadi sampai sekolah mengerti dan menetapkan penyebab siswa berprilaku tidak pantas. Masalah kedisiplinan itu dapat berulang lagi di masa akan datang. Penting bagi administrator sekolah dan stafnya melakukan pemeriksaan menyerluruh terkait sebab masalah kedisiplinan itu jika ingin menatasinya dengan sukses. Kesimpulan yang administrator dan stafnya buat tentang alasan prilaku siswa akan memberi keputusan mereka tentang hukuman bagi siswa dan langkah selanjutnya untuk mencegah hal itu terjadi kembali.
- Penyebab yang mungkin terjadi: Untuk mendiagnosa masalah tersebut secara akurat, administrator sekolah dan stafnya harus memeriksa kesulitan beberapa penjelasan atas tindakan siswa tersebut.
            Mendiagnosa penyebab prilaku tidak baik siswa adalah tugas yang rumit seperti pada gambar 13.2 Secara umum akan nampak. Pendekatan pada baris pertama harus diperiksa 3 hipotesa yang terdapat dibawah (faktor personil) dan kemudian yang dibawah (faktor yang terkait di sekolah). Faktor-faktor ini dapat mempunyai pengaruh dan pada banyak kasus perlu perbaikan.
Gambar 13.2 diagnosa masalah prilaku siswa yang tidak baik (beberap Alternatifi hipotesa).
-Faktor terkait sekolah: Buruknya pengajaran, kurikulum tidak relevan, jadwal sekolah yang kaku dan tidak cukup untuk beradaptasi, program sekolah tentang latar belakang siswa.
-Faktor di dalam diri siswa: Siswa tidak memahami aturan sekolah, tidak memahami aturan sekolah, tidak memahami alasan aturan tersebut, latar belakang pendidikan yang buruk, hubungan teman sebaya yang tidak diinginkan, siswa secara kejiwaan terganggu dan konflik antara siswa dan guru.
-Faktor keluarga dan masyarakat: Keadaan keluarga yang berantakan, lingkungan tetangga yang rawan kejaatan /lingkungan penjahat dan kegiatan siswa setelah sekolah seperti bekerja yang sampai larut malam.
            Sebagai contoh, faktor-faktor terkait sekolah berikut dapat dipisahkan untuk masalah kedisiplinan siswa dan harus diperiksa.
1.   Mata pelajaran yang mungkin terlalu sulit
2.   Mata pelajaran yang mungkin terlalu mudah
3.   Mata pelajaran atau kegiatan kelas yang tidak sesuai minat atau keperluan siswa
4.   Tugas di kelas mungkin terlalu berat, terlalu ringan, tidak direncanakan dengan baik, kurang/buruk penjelasan atau penilaian yang tidak adil.
5.   Isi pelajaran atau kegiatan tidak beraturan atau sesuai urutannya bagi siswa.
6.   Susuran tempat duduk dapat tidak nyaman dari sudut pandang siswa.
7.   Mungkin ada konflik antara siswa dan guru.
            Masing-masing faktor atau gabungan faktor-faktor itu dapat menyebabkan frustasi, kebosanan, kegelisahan atau permusuhan pada siswa yang dapat diungkapkan dengan berprilaku tidak pantas.
            Meskipun satu atau lebih hipotesa dalam faktor tersebut diatas dapat salah dalam suatu situasi, sekolah secara berkala mempunyai temponya sedikit atau tidak tergambar atau pengaruh teradap kondisi tersebut. Hal ini umumnya mengacu pada faktor keluarga dan masyarakat. Jika faktor yang terjadi penyebab karena dua faktor tersebut akan sulit bagi sekolah melakukan perubahan dalam area tersebut.           
Tetapi sekolah harus tetap kerjasama dengan orang tua dan masyarakat. Dalam banyak hal prilaku tak pantas, administrator sekolah dan stafnnya mendekati bahwa pendekatan yang lebih menjanjikan adalah dengan berkonsentrasi pertama-tama pada dianognosa penyebab yang mungkin terjadi yang terdapat di dalam lingkungan sekolah dan apa yang dapat sekolah perbaiki.
Proses Diagnosa
  1. Memeriksa catatan siswa untuk tanda-tanda yang mungkin dianjurkan dalam mempelajari masalah tersebut, yang mungkin jadi penyebab rasa pustasinya dan prilakunya yang tidak pantas misalnya, nilai membaca yang rendah, mendapat nilai buruk diperiode sebelumnya, tidak tercapai nilai.
  2. Pertemuan dengan siswa untuk memaksakan sikapnya terhadap sekolah dan perasaannya tentang bagian lingkungan sekolah yang dirasanya sulit untuk bertindak seperti yang ia dapat lakukan (ia sukai).
  3. Memeriksa jadwal dan kegiatan siswa. Apakah jadwal dan kegiatan itu sesuai? Jika dilihat pada latar belakang, minat dan sikapnya.
  4. Melihat kembali kurikulum dan cara pengajaran guru dalam kegiatan siswa yang nampaknya ia merasa atau ada kesulitan secara sikap dan intektual.
  5. Pertemuan dengan guru siswa tersebut untuk memisahkan pendapat mengenai masalah tersebut.
  6. melihat interaksi siswa dengan yang lain berbagai tempat di sekolah seperti di kelas, kantin, kegiatan di luar jam sekolah (ekstra kunkuler).
  7. Pertemuan dengan orang tua siswa untuk memisahkan sikap dan pendapat mereka, tentang masalah tersebut dan menilai seberapa besar yang dapat mereka berikan.

Administrator sekolah dapat menggunakan bantuan dari konselor sekolah (BP), ahli psikologi dan staf yang lain. Pada banyak keadaan,  administrator tidak harus menggunakan semua tahapan tersebut, terkadang setelah 2/3 tetap dapat diketahui misalnya. Administator sekolah harus teliti dan mengetahui sebisa mungkin agae terperoleh diagnosa yang akurat.   
D. Perhubungan Bersama
Untuk mempertimbangkan aturan yang tepat di sekolah, tugas-tugas ditetapkan, prosedurnya di perinci. Hubungan antar tugas dikoordinir dan keefektifan yang berlainan perlu dinilai secara berkala.
Tanggung jawab untuk prosedur dan kebijakan masalah kedisiplinan. Prosedur dan kebijakan masalah kedisiplinan cenderung diumumkan masing-masing oleh dewan sekolah dan kebijakan dan prosedur di tingkat dewan sekolah umumnya lebih luas dan mungkin tidak lebih spesifik daripada penyerahan kewenangan pada administrator sekolah untuk membuat tata aturan, peraturan yang membantu proses belajar dan menegakan tata tertib, keamanan di sekolah. Beberapa dewan sekolah lebih khusus menetapkan batasan prosedur, kebijakan masalah disiplinnan, bahkan untuk level yang khusus terkait tingkah laku siswa yang diizinkan di sekolah. Hal ini biasanya untuk mempertahankan tingkat keseragaman di daerah. Hal ini juga berakibat dalam mengurangi kewenangan administrator, staf dalam menetapkan aturan peraturan yang mereka pikir sesuai untuk sekolah.
E. Disiplin Siswa dan Guru     
Adminnistrator sekolah pastinya bertanggung jawab untuk mengatur masalah program kedesiplinan di sekolah dan guru memainkan salah satu peran penting dalam program tersebut. Guru adalah kunci untuk menerapkan aturan dan peraturan sekolah menyangkut sikap siswa dan pertama, orang yang memperkenalkan, menetapkan batasan dan beraksi terhadap sikap tertemtu siswa sebagai suatu masalah.
Langkah yang paling penting yang seorang administrator dapat ambil untuk mengurangi sejumlah masalah kedisiplinan yang diserahkan pada kantornya oleh guru adalah untuk bekerja dengan staf. Khususnya guru baru, dalam hal peran mereka dalam kedisiplinan siswa dan dasar alasan yang sesuai.
Sebuah pendekatan yang baik untuk merangsang pemikiran staf pengajar dalam hal kedisiplinan dapat diberikan sebuah angkat pendek. Hal ini menjamin pandangan guru tentang berbagai faktor yang mempengaruhi bagaimana mereka beraksi terhadap sikap siswa yang berbeda. Administrator dapat membuat angketnya sendiri atau menggunakan beberapa instumen yang tersedia seperti angket, ini dibuat dari 20 pernyataan yang menyarankan faktor-faktor yang mungkin berhubungan dengan masalah kedisplinan dan pengawasan siswa. Contoh 4 dari instrumen tersebut:
  1. Guru harus merumuskan ulasan/ perbaikan dari metode pengajarannya jika hal itu diteriam siswa.
  2. Ramah dengan siswa sering membuntu mereka lebih dekat (kenal).
  3. Siswa dapat percaya untuk bekerja bersama tanpa pengawasan.
  4. siswa sering berprilaku tidak pantas karena untuk membuat guru terlihat jelek.   
Tujuan utama dari sebuah program latihan kelas untuk mengembangkan pandangan dan sikap yang lebih positif pada sisi mereka. Terhadap sikap siswa dengan memperhatikan peran bahwa guru perlu bermain untuk memajukan disiplin diri siswa.
Daftar Hak dan Kewajiban
  1. (Hak)
  1. Hak memiliki wakil siswa untuk menentukan perkumpulan siswa
  2. Hak untuk bebas berpendapat/ berbicara, berkumpul, bebas dari tekanan dan menganut agama.
  3. Hak bebas memilah pandidikan dan subjek yang sesuai minat.
  4. Hak bebas bertindak.
  5. Hak untuk berfartisipasi dalam kegiatan sekolah.
  6. Hak untuk menggunakan barang sekolah.
  7. Hak untuk menikmati hak-hak yang dipunya.   
  1. (Kewajiban)
  1. Tugas memilih siapa dapat memimpin dan memberikannya kerjasama penuh.
  2. Tugas menginginkan orang lain mempunyai hak yang sama.
  3. Tugas menggunakan hak istimewanya sebaik mungkin.
  4. Tugas menjaga kehendaknya agara tidak mengganggu orang lain.
  5. Tugas berusaha sebaik mungkin dalam mengikuti kegiatan tersebut dan menjaga nama baik sekolah.
  6. Tugas menjaga dan mengharmati barang-barang tersebut.
  7. Tugas untuk menerima tanggung jawab atas hak-hak tersebut.

Dasar alasan yang menyokong presedur dan peraturan yang pemimpin sikap siswa harus dibicarakan dengan siswa dengan jelas dan prosuder dan peraturan itu harus dijalankan dengan adil dan konsisten. Pemohonan tentang latar belakang peraturan serta keadilan dan konsiten dalam merealisasikan 2 hal tersebut penting agar siswa menerima dan memenuhinya. Ada contoh faktor-faktor yang penting diperhatikan:
a.           Menjelaskan alasan dan tujuan peraturan di buat.
b.          Keadilan dalam pelaksanaannya.
c.           Perlakuan yang menyadari kedewasaan siswa.
d.          Konsisten menjalankan prosuder dan peraturan.
e.           Proses pelaksanaannya di permudahkan sebisa mungkin.
f.           Kesempatan untuk ikut serta dalam membuat peraturan di bagian yang siswa mampu.   
Setelah administrator sekolah mengevaluasi/ menilai prosedur dan kebijakan kedesiplinan sekolah berdasarkan ketentuan diatas, ia dapat membuat perubahan, tergantung situasi tetapi terus dibicarakan dengan staf pengajar, orang tua, siswa dan keterlibatan dewan sekolah. Keterlibatan semua pihak tersebut merupakan kunci agar perubahan yang akan dilaksanakan berjalan sukses.
F. Kesimpulan
Penelitian baru-baru ini menyatakan terdapat peningkatan kehendak kriminal secara drastis di sekolah seperti penyerangan, perusakan dan obat-obat terlarang (narkotik). Sejumlah sekolah memperkerjakan pegawai keamanan untuk menanggapi masalah tersebut dan mencoba dengan alat teknologi yang bermacam-macam seperti layar TV (kamera) dan walki-talki.
Meskipun dahulu sekolah juga jauh dari bentuk ideal, ada keraguan masalah kedisiplinan akan menjadi lebih banyak dan berat. Apakah tenaga keamanan sekolah atau perangkat teknologi akan berhasil dalam jangka panjang pada pencegahan. Tindakan siswa yang tidak pantas masih menyisakan pertanyaan. Diakui bahwa perkiraan ini bisa menjadi penting nantinya di beberapa sekolah untuk mengendalikan situasi yang tidak baik. Bagaimanapun, dengan teknik manual ini terdorong sesuai dengan gajala masalah tersebut dibanding penyebab utamanya, dan beragam metode dapat membahayakan kenerja menyelidiki beberapa hak dasar siswa.
Nampak bahwa jika sebuah sekolah ingin membuat peraturan tindakan tidak pantas siswa secara berarti. Administrator sekolah dan staf pengajar perlu mengenali dan memperbaiki alasan utama tindakan tidak pantas tersebut. Diagnosa merupakan langkah pertama kemudian alternatif pendekatan untuk pencegahan tindakan tidak pantas terjadi.