Hati-Hati Wabah Hedonisme Menyerang Mahasiswa

Paujiah
(Mahasiswi D3 IPII IAIN Antasari)

Kondisi dunia yang semakin mengglobal. Perembesan budaya antar bangsa di dunia tidak terelakkan lagi. Termasuk di dalamnya ideologi dan gaya hidup manusia yang sudah tidak dapat dibedakan lagi antara suatu bangsa dengan bangsa lain dan pemeluk suatu agama dengan pemeluk agama lain. Hal ini merupakan bukti bahwa telah terjadi pergeseran gaya hidup umat manusia yang semula berorientasi pada masalah diniyyah, idiologis menjadi madiyyah, bendawi dan sekuler. Standard kesuksesan seseorang di zaman ini, kebanyakan diukur dengan seberapa banyak seseorang menguasai harta kekayaan dengan tanpa melihat asal muasal harta tersebut didapat. Standard halal atau haram seolah bukan merupakan masalah yang prinsip. Sebuah ungkapan yang sering terdengar adalah, “mencari yang haram saja susah apalagi yang halal”, walaupun disampaikan dengan nada kelakar, akan tetapi paling tidak hal tersebut merupakan cermin perilaku  dan materialistik sebagai gaya hidup yang sedang ngetrend zaman ini.

 Banyak paham yang  sekarang ini cenderung meralat pola pikir mahasiswa ke arah penentangan aturan, baik hukum maupun agama. Salah satunya adalah hedonisme. Hedonisme merupakan suatu paham yang menentang fitrah, hedonisme cenderung bersifat acuh terhadap alam setelah dunia. Hedonisme sebagai istilah yang menunjukan paham kesenangan berasal dari kata Hedone yang berarti kesenangan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, Hedonisme berarti paham yang beranggapan bahwa kesenangan adalah yang paling benar di dunia ini. Para penganut paham hedonisme berusaha memanfaatkan waktu yang ada didunia ini dengan sepuas- puasnya untuk kesenangan, karena mereka takut tidak dapat merasakan kenikmatan lagi diakhirat.

Salah satu dari penganut paham ini adalah senang berfoya- foya, berpesta dan bersenang- senang melebihi batas kewajaran, bahkan jika aturan hukum dan agama itu dapat menghalangi kesenangan mereka, mereka tidak merasa segan untuk melanggar aturan itu meskipun mereka tau apa imbas yang akan terjadi nantinya kepada mereka.

Mahasiswa sebagai generasi calon penerus bangsa tentu sedikit banyak sangat di harapkan mampu memberikan yang terbaik untuk bangsa ini, lalu apa yang dapat diberikan oleh seorang mahasiswa apabila ia pun masih belum menyadari apa yang dilakukannya sehari-hari adalah salah .Paham ini mengharuskan para penganutnya untuk bersifat narsis atau memuja dirinya sendiri. Mereka juga takut dijauhi bila tidak ikut andil dalam ritual menyeramkan itu, dugem, nyimeng dan hal lainnya. Free seks, penyalahgunaan narkoba, minuman keras, perkelahian dan aksi berbau anarkis lainnya marak sekarang ini dikalangan para mahasiswa. Mereka sepertinya tidak asing lagi dengan hal- hal tersebut. Mereka menjadikan hal- hal itu layaknya sebuah hobi yang rutin dilakukan, bahkan mereka sering  mengadakan pesta untuk hobi dan kesenangan mereka itu.

Biasanya penyakit hedonisme ini menjangkit para mahasiswa yang berasal dari pedesaan, penulis tidak bermaksud menjelek- jelekan saudara kami dari pedesaan, tetapi yang dimaksud disini adalah mahasiswa dari desa “ yang tidak kuat imannya”. Mereka terkena keterkejutan dan gagap budaya ( Shock culture). Sebelumnya mereka berasal dari budaya yang terpelihara dalam lingkungan pengawasan  orang tua dan masyarakat. Namun, setelah menjadi mahasiswa tidak ada yang mengawasi dan jauh dari orang tua sehingga mereka dapat melakukan apa saja yang mereka inginkan.

Awalnya mereka datang kekampus dan merantau kenegri orang untuk belajar atau menuntut ilmu  dan cita- cita menjadi mahasiswa teladan yang dapat membanggakan orang tua mereka dikampung halaman, ketika sudah memasuki perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa mereka lupa  dengan tujuan mereka,lemah daya menghadapi tantangan dan godaan dikota besar. Ditambah lagi lingkungan tempat mereka tinggal “ Kos- kosan “. Teman satu kos juga bisa mempengaruhi menyebarnya wabah ini, seperti yang sudah dikatakan diawal, hedonisme adalah dunia saling meninggikan dirinya sendiri, tidak ingin kalah dan selalu ingin bersaing. Melihat temannya bersenang- senang pamer pasangan dan menghina “gak laku” bagi yang tidak punya pasangan atau pacar. Tidak tahan direndahkan , maka mahasiswa (i) tersebut akan ikut meniru.  Ada pribahasa mengatakan bagaikan  seekor kumbang yang menghisap madu sampai puas, tidak bertanggung jawab yang setelahnya mengeluarakan jurus pamungkas “ Kau paham, kita berdua belum siap untuk menikah”. Itulah kata- kata yang sekarang menjadi trend dikalangan remaja setelah meraka melakukan hal- hal yang merusak masa depan meraka. Sungguh sifat yang sangat keji bagi kalangan intelektual kampus, yang seharusnya menjadi sosok pemimpin dimasyarakatnya, memberikan segala sesuatu yang terbaik bagi masyarakatnya, tetapi kenyataan begitu pahit dan sulit untuk diatasi. Kita pasti sepakat, manusia hedonis macam itu tidak pantas menjadi pemimpin dimasyarakatnya kelak, hanya orang –orang yang tidak berpendidikan melakukan hal semacam itu “na uzu billah himin zhalik”.

Salah satu solusi yang kiranya saya dapat tawarkan adalah, dengan cara menyaring terlebih dahulu segala sesuatu yang dikatakan bersifat modern yaitu dengan kita memahami modern itu sendiri dan menumbuhkan kembali hukum-hukum yang bersifat tradisional, sehingga kita bisa benar-benar mengerti dan dapat menilai antara segi baik dan buruknya yang akan timbul dari hal tersebut. Misalkan hubungan sek di luar pernikahan yang marak terjadi di indonesia ini umumnya, apabila kita dapat benar-benar bisa mengerti apa yang akan kita dapatkan dari sebuah hubungan sek di luar pernikahan terutama dikalangan mahasiswa terlebih apabila terjadi di lingkungan siswa SMA ataupun SMP. Hampir dapat dipastikan akan memberikan jawaban itu tidak dapat dibenarkan meskipun kita bertanya terhapa pelakunya sendiri. Hukum-hukum tradisional yang terkadang kita selalu melupakannya ternyata sangat memiliki arti yang sangat penting untuk mencegah gaya hidup Hedonisme yang berlebihan dan dari segi pergaulan.  disni Bukan berarti mereka harus tidak bergaul dan bukan melarang mereka untuk bergaul, hanya saja mereka harus memilih teman dalam bergaul. Teman bergaullah  yang membawa kita kepada kebaikan atau membawa kita kepada keburukan mungkin ini tidak harus menjadi pilihan hidup dan tidak dianjurkan kita harus memilih jalan kita selama kita masih berpegang teguh pada agama, apalagi kita mempunyai iman yang kuat yang membawa kita kemanapun  berada. Sekali lagi ditekankan, HEDONISME itu merusak diri, jauhillah paham itu dengan selektif dalam bergaul, jangan mengikuti teman hanya untuk menjaga “ gengsi “, dekat kan diri pada Allah SWT, ingatlah kamu nanti pasti akan kembali kesisi-Nya, dan kamu pasti dimintai pertanggung jawaban atas masa mudamu kemunafikanmu pada masyarakat dan orang tuamu yang selalu mendukungmu jangan sampe terjadi pada  mahasiswa perguruan tinggi yang mayoritasnya muslim semua, seperti dalam  firman Allah ‘’Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya”(QS. Ali Imran : 196-197)

Posting Komentar

0 Komentar