BAB I
PENDAHULUAN
Setelah khilafah Abbasiyah di
Keadaan politik Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan lainnya.
Bab berikutnya akan menjelaskan tentang perkembangan kerajaan Turki Usmani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERINTAHAN KERAJAAN TURKI USMANI
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol. Dalam jangka waktu kira-kira 3 abad mereka pindah ke Turkistan kemudian
Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kemudian dilanjutkan oleh putranya, Usman yang kemudian dikenal sebagai pendiri kerajaan Turki Usmani (1290 – 1326 M). Ia berhasil menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan
Pada tahun 1300 M (699 H), Usman atau dikenal dengan nama Usman I atau Padisyah al-Usman berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Pada tahun 1317 M,
Pada masa pemerintahan Orkhan (726 – 761 H / 1326 – 1359 M) Kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyani (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M).
Pada masa Murad I, pengganti Orkhan (761 – 789 H / 1359 – 1389 M) berhasil memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke Benua Eropa, seperti Adrianopel (yang kemudian dijadikan ibu
Sultan Bayazid I, pengganti Murad I (1389 – 1403 M) dapat menghancurkan sekutu Kristen Eropa yang dipimpin oleh Sijisman, raja Hongaria. Ketika ekspansi diarahkan ke
Akibat kekalahan itu, penguasa-penguasa Seljuk seperti
Setelah Timur Lenk meninggal (1405 M), terjadilah perselisihan antar putra-putranya, kesempatan inilah dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari Mongol. Pada saat itu juga terjadi perselisihan antara putar-putar Bayazid (Isa, Muhammad, dan Sulaiman), yang akhirnya dimenangkan oleh Muhammad. Kemudian ia mengadakan perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri, yang kemudian dilanjutkan oleh Murad II (1421 – 1451 M), Turki Usmani mencapai puncak kejayaannya pada masa Muhammad II (Muhammad Al-Fatih) (1451 – 1484 M).
Pada tahun 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih berhasil mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Akan tetapi pada masa sultan Salim I (1512 – 1520 M), perhatian dialihkan ke
Setelah Sultan Sulaiman meninggal terjadilah perebutan kekuasaan antar putra-putranya yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani.
B. KEMAJUAN DAN PERKEMBANGAN KERAJAAN TURKI USMANI
1. Bidang Kemiliteran Dan Pemerintahan
Kemajuan bidang kemiliterannya adalah seperti keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militer yang dimiliki kerajaan Turki Usmani yang sanggup berperang kapan dan di mana saja. Kekuatan militer Turki Usmani terorganisir ketika kontak senjata dengan Eropa baik taktik maupun startegi.
Pembaharuan organisasi militer oleh Orkhan dengan mengadakan perombakan dalam keanggotaan dan juga memutasi personil-personil pimpinan. Bangsa-bangsa non Turki dijadikan anggota, anak-anak Kristen dibimbing secara Islam untuk dijadikan prajurit. Program ini berhasil dengan terbentuknya pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang berhasil menaklukkan negeri-negeri non Muslim. [4]
Selain bidang militer, tercipta juga jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi,[5] dibantu oleh shadr al-a'zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur), al-Zanaziq atau al-'alawiyah (bupati).
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, pada masa Sulaiman I disusun kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan Dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja, mereka banyak mengambil kebudayaan
Karena mereka lebih memfokuskan ke bidang militer, maka bidang keilmuan tidak begitu menonjol, karena itu Turki Usmani tidak pernah ditemukan ilmuwan terkemuka. Namun demikian, mereka lebih berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam, seperti Mesjid Al-Muhammadi atau Mesjid Jami' Sultan Muhammad Al-Fatih, Mesjid Agung Sulaiman dan Mesjid Abi Ayyub Al-Anshari. Mesjid-mesjid itu dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Salah satu mesjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah mesjid yang asalnya gereja Aya Sopia.
Pada masa Sulaiman dikota-kota besar dan lainnya banyak dibangun mesjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam bidang sosial dan politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama. Kerajaan sangat terikat dengan syari'at sehingga fatwa ulama dijadikan hukum yang berlaku. Karena itu ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Mufti, sebagai pejabat urusan agama tertinggi, berwenang memberi fatwa resmi terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakat. Tanpa legitimasi Mufti, keputusan hukum kerajaan bisa tidak berjalan.
Pada masa Turki Usmani, tarekat juga mengalami kemajuan, seperti tarekat Bektasyi dan Maulawi, kedua tarekat ini banyak dianut kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang amat besar di kalangan Jenissari, sedangkan tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissari Bektasyi.
Kajian-kajian seperti fikih, ilmu kalam, tafsir dan hadits boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti.
Dalam bidang peradaban dan kebudayaan – kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik – perkembangannya jauh berada di bawah kemajuan politik, maka selain banyak daerah yang melepaskan diri juga masyarakatnya tidak banyak memeluk agama Islam.
C. KEMUNDURAN KERAJAAN TURKI USMANI
Banyak faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Turki Usmani, di antaranya adalah :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang amat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi Kerajaan Usmani tidak beres. Di pihak lain, para penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehingga terjadi perang terus menerus. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.[6]
2. Heterogenitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang amat luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania di Eropa.[7] Wilayah yang luas ini didiami oleh penduduk yang beragam agama, ras, etnis maupun adat istiadat. Untuk mengatur mereka diperlukan organisasi pemerintahan yang teratur. Perbedaan bangsa dan agama seringkali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, kerajaan Usmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian , terutama dalam kepemimpinannya. Akibat pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat di atasi secara sempurna, bahkan semakin lama menjadi semakin parah.
4. Budaya pungli
Pungli merupakan yang sudah umum terjadi dalam kerajaan Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang harus "dibayar" dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan itu. Berjangkitnya budaya pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalelayang membuat pejabat semakin rapuh.
5. Pemberontakaan tentara Jenissari
Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kekuatan tentara Jenissari. Dengan demikian dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
6. Merosotnya ekonomi
Akibat perang yang tak pernah berhenti perekonomian negara merosot. Pendapatan berkurang seementara belanja negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi
Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam penngembangan ilmu dan teknologi, karena hanya mengutamakan perkembangan militer. Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju. [8]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Pendiri kerajaan ini adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol, di bawah pimpinan Ertoghrul. Ertoghrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. Kemudian dilanjutkan oleh putranya, Usman yang kemudian dikenal sebagai pendiri kerajaan Turki Usmani (1290 – 1326 M).
2. Sultan-sultan yang pernah memerintah Kerajaan Turki Usmani ini adalah : Usman (Padisyah Al-Usman) (1290 – 1326 M), Orkhan (1326 – 1359 M), Murad I (1359 – 1389 M), Bayazid I (1389 – 1403 M), Muhammad I (1403 – 1421 M), Murad II (1421 – 1451 M), Muhammad II (Muhammad Al-Fatih) (1451 – 1484 M), Salim I (1512 – 1520 M), Sulaiman Al-Qanuni (1520 – 1566 M).
3. Kemajuan kerajaan Turki Usmani adalah: kemajuan bidang militer dan pemerintahan, kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dan kemajuan keagamaan.
4. Faktor penyebab runtuhnya kerajaan Turki Usmani adalah : Wilayah kekuasaan yang sangat luas, heterogenitas penduduk, kelemahan para penguasa, budaya pungli, pemberontakaan tentara Jenissari, merosotnya ekonomi, terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi.
DAFTAR PUSTAKA
Hassan, Ibrahim Hassan, 1989, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (
Mahmudunnasir, Syed, 1981, Islam Its Consepts and History, (
Nasution, Harun, 1985, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (
Syalabi, Ahmad, 1988, Sejarah dan Kebudayaan Islam; Imperium Turki Usmani, (
Toprak, Binnaz, 1981, Islam and Political Development in
Yatim,
[1] Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang , 1989), hlm. 324-325.
[2] Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam; Imperium Turki Usmani, (Jakarta: Kalam Mulia, 1988), hlm. 2
[3] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1985, cet. 5), hlm. 84.
[4] Syed Mahmudunnasir, Islam Its Consepts and History, (New Delhi: Kitab Bahavan, 1981), hlm. 282.
[5] Binnaz Toprak, Islam and Political Development in Turkey, (Leiden: E.J. Brill, 1981), hlm. 43.
[6] Ahmad Syalabi, Op. Cit, hlm. 49
[7] Harun Nasution, Op. Cit, hlm. 84
[8] Dr. Badri Yatim MA, Sejarah Peradaban Islam, (
0 Komentar