Persalinan normal adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (APN, 2008 : 37).
Persalinan normal adalah proses pengeluran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, IBG, 1998)
Partus biasa atau partus normal atau spontan adalah bila bayi lahir dengan presentasi belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istemewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam eaktu kurang dari 24 jam. (Sarwono, 2006 : 180).
B KLASIFIKASI PERSALINAN
1. Klasifikasi Persalinan Menurut Berat Janin dan Umur Kehamilan
· Abortus
Ialah pengeluaran hasil konsepsi pada umur kehamilan kurang dari 22 minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram
· Persalinan Immatur
Ialah apabila hasil konsepsi dikeluarkan pada umur kehamilan 22 – 27 minggu dengan berat janin 500 – 999 gram
· Persalinan Prematur
persalinan umur kehamilan 28 – 36 minggu dengan berat janin 1000 – 24 99 gram
· Persalinan Aterm
persalinan umur kehamilan 37 – 42 minggu dengan berat janin 2500 – 4000 gram
· Persalinan Serotinus
Ialah persalinan lebih dari 42 minggu.
2. Bentuk persalinan berdasarkan difinisi yaitu sebagai berikut :
· Persalinan Spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
· Persalinan Buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
· Persalinan Anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
(Manuaba, 1998 : 157).
C ETIOLOGI
Teori-teori tentang terjadinya atau dimulainya proses persalinan, yaitu :
1. Teori Penurunan Progesteron
Penuaan plasenta telah dimulai sejak umur kehamilan 30-36 minggu, sehingga terjadinya penurunan konsentrasi progesteron dan estrogen. Pada saat hamil, terjadi perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron yang menimbulkan kontraksi Braxton Hicks yang selanjutnya akan bertindak sebagai kontraksi persalinan.
2. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam rahim, sehingga mudah terangsang dan menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus atau minimal melakukan kerjasama.
3. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
4. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin diangggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5. Teori Hipotalamus - Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Bila terdapat anomali hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal, persalinan akan menjadi lebih lambat, sekalipun belum diketahui bntuk sinyalnya. Galandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalnan.
(Manuaba, 2001 : 193-194).
D TANDA-TANDA TERJADINYA PERSALINAN
Dengan penurunan hormon progesteron menjelang persalinan dapat tejadi kontraksi. Kontraksi otot rahim menyebabkan tanda permulaan persalinan, yaitu :
1. Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bawah, di atas simfisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
2. Perut menjadi lebih melebar karena fundus uteri turun.
3. Terjadi perasaan sakit di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya Pleksus Frankenhause yang terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu – false cabour).
4. Terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim.
5. Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.
Tanda pasti persalinan yaitu sebagai berikut :
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
· pengeluaran lendir
· lendir bercampur darah
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks, yaitu :
· perlunakan serviks
· pendataran serviks
· terjadinya pembukaan serviks
E FAKTOR-FAKTOR PENTING DALAM PERSALINAN
1. Power
a. His (kontraksi otot rahim)
b. Tenaga mengejan
2. Passage (keadaan jalan lahir)
a. Bagian keras yang dibentuk oleh tulang
b. Bagian lunak yang dibentuk oleh otot dan ligamentum.
3. Passager (janin)
a. BeratnyaLetak,
b. presentasi dan posisi janin
c. Jumlahnya janin dalam uterus
4. Psikologis ibu
5. Kondisi fisik ibu
6. Posisi
F SIFAT KONTRAKSI RAHIM
1. Amplitudo
· Kekuatan his diukur dengan mmHg
· Cepat mencapai puncak kekuatan dan diikuti relaksasi yang tidak lengkap, sehingga kekuatannya tidak mencapai 0 mmHg.
· Setelah kontraksi otot rahim mengalami retraksi
2. Frekuensi (jumlah terjadinya his selama 10 menit).
3. Durasi His
· Lamanya his yang terjadi pada setiap saat.
· Diukur dengan lendir.
4. Interval His (tegang waktu antara kedua his)
5. Kekuatan His adalah perkalian antara amplitudo dengan frekuensi yang ditetapkan dengan satuan mondevidia.
G TAHAP ASUHAN PERSALINAN
Dalam melakukan asuhan persalinan perlu ditetapkan apakah seorang ibu sudah memasuki tahap persalinan, yaitu :
1. Anamnesa
a. Sejak kapan mulai sakit perut
b. Jarak setiap kali rasa sakit
c. Lamanya rasa sakit
d. Apakah sudah mengeluarkan lndir bercampur darah dan cairan
e. Bagaimana rasa sakit yang dirasakan pada perut bagian bawah
f. Bagaimana gerak janin dalam perut
g. HPHT
2. Pemeriksaaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
· apakah tampak sakit
· bagaimana kesadarannya
· apakah tampak pucat (anemis)
· tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan Khusus
1. Abdomen
· Perut tampak membesar
· Apakah tampak gerakan janin
· Pemeriksaan palpasi pada abdomen yaitu :
o Leopold I
Kedua telapak tangan pada fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus uteri, menentukan bagian apa yang terletak pada fundus uteri dan tinggi fundus diukur dengan pita pengukur dalam satuan cm.
Tinggi fundus uteri (cm) – 12 x 155 = Taksiran berat janin dalam gram.
o Leopold II
Tangan diturunkan untuk menelusuri tepi uterus untuk menetapkan bagian apa yang terletak dibagian samping (punggung kanan atau punggung kiri).
o Leopold III
Menentukan bagian apa yang terdapat atau terletak disebelah bawah (di atas simfisis pubis). Pada letak lintang simfisis pubis aka teraba kosong.
Kepala : teraba bulat dan keras
Bokong : lunak da tidak bulat
o Leopold IV
Pemeriksaaan menghadap kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah masuk pintu atas panggul. Cara pemeriksaaan dengan meletakkan kedua telapak tangan di bagian terbawah janin di atas simfisis pubis. Jika bagian terendah masuk PAP, maka jari-jari tangan saling bertemu disebut divergen, sedangkan bila jari-jari tangan tidak saling bertemu berarti bagian terendah belum masuk PAP disebut konvergen
2. Memperhatikan tanda abnormal, seperti :
· Rasa nyeri berlebihan
· Tanda cairan bebas dalam abdomen
· Tampak perdarahan pervaginam
Pemeriksaan denyut jantung janin
· Jumlah normal antara 120 -160 kali permenit
· Keteraturan frekuensi denyut jantung janin
· Apakah <120 kali permenit atau >160 kali permenit.
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaaan dalam dilakukan dengan tujuan:
· untuk menetapkan apakah ibu telah masuk dalam masa inpartu / belum
· menetapkan titik awal rencana persalinan
· menetapkan ramalan perjalanan persalinan
Indikasi pemeriksaan dalam :
· bila ketuban pecah sebelum waktunya
· untuk mengevaluasi pembukaan
· terjadi indikasi untuk menyelesaikan persalinan atau rencana rujukan
· petunjuk partograf WHO setiap 4 jam
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan pemeriksaan dalam adalah :
1.Pencegahan infeksi
a. Terhadap diri sendiri
· Pakailah sarung tangan yang telah disterilkan untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi
· Bidan atau tenaga kesehatan lain tidak luput dari kemungkinan terkena infeksi
b. Terhadap pasien khususnya jann dalam rahim
· Bukalah labia kanan – kiri liang senggama dengan tangan kiri
· Bersihkan dengan kapas yang telah direndam dengan antiseptik, dari atas ke bawah secara berurutan dan teratur (satu kapas untuk satu kali usap)
2.Yang dicari pada pemeriksaaan dalam
a. Perabaan Serviks
· Apakah serviks lunak atau kaku
· Apakah serviks telah mendatar
· Apakah serviks masih tebal atau telah tipis
· Berapa pembukaan serviks
· Kemana arah serviks
b. Keterangan tentang Ketuban
· Apakah ketuban sudah pecah atau belum. Untuk menetapkan dapat ditunggu sampai his berlangsung karena saat his ketuban menonjol.
· Pada pembukaan hampir lengkap ketuban dipecahkan.
c. Bagian terendah dan Posisinya
· Menetapkan bagian yang terendah sudah dapat ditentukan dengan pemeriksaaan leopold III dan IV
· Kepala dikenal dengan keras, bulat, dan terdapat sutura dan ubun-ubun kecil atau besar, posisi kepala : letak denaminator dan penurunan kepala
· Pada letak kepala dicari :
- Penurunan berdasarkan bidang Hodge
- Apakah terdapat kaput suksedanuem dan seberapa besarnya
- Apakah terdapat letak kombinasi antara kepala, tangan atau lengan menumbung, kepala dan kaki, atau kepala dan tali pusat.
· Bokong dikenal dengan bagian yang lunak dan denominatornya tulang sacrum
3. Pemeriksaaan ukuran-ukuran dalam tulang panggul
Keadaan panggul dapat diperkiorakan normal bila dijumpai :
Persalinan berlangsung spontan, bayi hidup dan aterm. Pada primigravida, kepala janin masuk PAP minggu ke-36
Ukuran panggul yang diperkirakan pada primigravida, yaitu :
a. Apakah promontarium teraba dan berapa panjang konjugata diagonalis
b. Apakah linea innominata teraba dan seberapa bagian
c. Apakah os sacrum kontaf
d. Bagaimana keadaan arkus pubis dan os pubis
e. Bagaimana keadaan dasar panggul
Pada primigravida, ketiga faktor persalinan 3P belum terbukti. Dengan demikian pertolongan persalinan pada primigravida memerlukan observasi yang lebih tepat dan ketat.
4. Keadaan abnormal atau patologis
Pada pemeriksaan dalam dicari keadaan abnormal yang menyebabkan persalinan menyimpang. Keadaan abnormal tersebut meliputi :
· Terdapat tumor atau terjadi penyempitan vagina
· Kekakuan serviks sehingga membuka persalinan
· Arah dan panjang serviks
· Tumor yang menghalangi penurunan bagian terbawah
· Tumor atau keadaan abnormal tulang panggul, yang menyebabkan deformitas jalan lahir
Setelah melakukan pemeriksaaan lengkap pada parturien, dapat ditetapkan sebagai berikut :
1. Pasien yang belum inpartu dapat dipulangkan dengan nasehat
2. Pasien dalam keadaan inpartu :
a. pembukaan kecil sehingga dapat dipulangkan
b. pembukaan sudah besar, perlu segera kekamar bersalin
· direncanakan evaluasi berikutnya
· melakukan observasi tentang CHPBK
- denyut jantung janin (C) - lingkaran Bandle (B)
- his dan keinginan mengejan (H) - ketuban (K)
- penurunan bagian terendah (P)
3. Pasien tergolong berisiko tinggi harus segera dilakukan rujukan untuk dapatkan pertolongan yang cepat dan tepat.
H KALA PERSALINAN
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :
kala I : waktu untuk pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10cm.
Kala II : kala pengeluaran janin, waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir.
Kala III : waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta (uri).
Kala IV : mulai dari lahirnya uri sampai 1 jam.
a. Kala I (kala pembukaan)
Secara klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada disekitar kanalis servikalis pecah karena pergeseran –pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
1. Fase laten :berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
2. Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
- Fase akselarasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
- Fase dilatasi maksimal :dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
- Fase deselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselarasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Sedangkan pada multigravida, ostium uteri internum sudah sedikit membuka atau terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks tejadi dalam waktu yang sama.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini (KPD).
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida, kala I berlangsung kira-kira 12 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
b. Kala II (kala pengeluaran bayi)
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm ) dan berakhir dengan lahirnya bayi.
Gejala dan tanda kala dua persalinan, yaitu :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan atau vaginanya.
3. Perineum menonjol
4. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
6. Pembukaan serviks lengkap, tampak diameter / ubun-ubun kepala janin (4-5 cm )
Tanda kala dua melalui pemeriksaan obyektif, yaitu :
1. Pembukaan serviks telah lengkap
2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Tanda pasti kala dua ditentukan dengan pemeriksaaan dalam (VT). Pada kala dua, his menjadi lebih kuat dan cepat, kira-kira 2-3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Saat kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his, bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal, kepala janin dilahirkan dengan suboksikoput dibawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk mengeluarkan badan, dan anggota bada lain bayi.
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1 ½ - 2 jam dan multipara rata-rata ½ - 1 jam.
Mekanisme kala II ( kala pengeluaran janin ) pada presentasi kepala
v Amniotomi
Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan pertolongan bayi setelah lahir untuk menghindari gawat napas pada bayi yang hipoksia dalam rahim.
v Engagement
Yaitu peristiwa masuknya kepala ke dalam panggul.
v Flexion ( keadaan menekuk )
Yaitu menempelnya dagu di dada janin, dibutuhkan agar kepala lewat panggul dengan diameter terkecil.
v Descent
Adalah penurunan kepala janin lebih lanjut. Penurunan terjadi karena adanya his dan penipisan segmen bawah rahim dan kontraksi otot perut, faktor lain yang mempengaruhi adalah bentuk dan ukuran panggul serta besar dan posisi kepala.
v Internal rotation ( putaran paksi dalam )
Adalah usaha penyesuian kepala janin terhadap bidang – bidang panggul. Sehingga titik putar ( hipomoklion ) berada di bawah tulang kemaluan ( simfisis pubis ). Oksiput akan memutar ke depan atau ke belakang ( sebagian kecil ) sehingga sutura sagitalis dalam posisi anteroposterior. Putar paksi dalam selesai apabila bagian terendah janin telah mencapai spina iskiadika. Artinya kepala telah engaged.
v Ekstensi
Yaitu terjadi setelah kepala menyembul dari introitus dengan oksiput di bawah simpisis. Sehingga berturut –turut lahir ubun – ubun besar, mulut dan dagu, selanjutnya diikuti oleh persalinan belakang lepala sehingga seluruh kepala janin dapat lahir.
v Eksternal rotation ( putaran paksi luar)
Terjadi setelah kepala bayi lahir yaitu menyesuaikan diri dengan punggung bayi. Yang mulai dengan bahu depan ( dekat tulang kemaluan ibu ).
Persiapan penolong persalinan, yaitu :
1.Cara dan Peralatan Pencegahan Infeksi (PI)
a. Mencuci tangan
b. Memakai sarung tangan (Handscoon)
c. Menggunakan perlengkapan perlindungan diri :
· memakai penutup kepala
· memakai masker
· memakai penutup mata (kacamata)
· menggunakan celemek
· memakai sepatu bot
2.Persiapan Tempat Persalinan
Ruangan yang memiliki pencahayaan yang cukup baik, ibu dapat menjalani persalinan di tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih dan underpet.
3.Persiapan Peralatan dengan Desinfeksi Tingkat Tinggi dan Steril
- Partus set (didalam wadah stenalis yang berpenutup)
- 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
- gunting tali pusat
- benang tali pusat atau klem tali pusat
- kateter
- gunting episiotomi
- pemecah selaput ketuban atau ½ kocher
- 2 pasang sarung tangan DTT atau steril dan pita pengukur
- kasa atau kain kecil untuk membersihkan jalan napas bayi
- gulungan kapas basah (menggunakan air DTT)
- spuit 3 cc dengan jarum IM untuk oksitosin
- salep mata tetrasiklin 1 %
- vit. K untuk bayi baru lahir
- kateter penghisap De lee (penghisap lendir) atau bola karet
- squit berisi aquadest 10 cc
Alat menjahit laserasi atau luka episiotomi
- Pinset
- 2-3 jarum jahit tajam (ukuran 9 dan 11)
- benang chromic (1x pakai) ukuran 2.0 atau 3.0
- satu pasang sarung tangan DTT atau steril
- satu kain bersih / kasa kering
3.Bahan yang Melengkapi Kebutuhan untuk Proses Persalinan
- Underpet
- Perlak
- Kain bersih untuk membersihkan bayi
- Pembalut wanita
- Beberapa celana dalam bersih
- Pakaian lngkap untuk bayi
- Washlap dan air DTT
- Tempat sampah
- Kantong plastik atau bejana tembikar untuk plasenta
- Monoskop
- Patograf
- Tensimeter
- Termometer
- Jam yang menunjukkan detik
4.Penyiapan Tempat dan Lingkungan untuk Kelahiran Bayi
Untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang berlebihan pada bayi baru lahir, harus dimulai sebelum kelahiran bayi itu sendiri. Bersih, hangat (minimal 25ºC), pencahayaan cukup, dan bebas dari tiupan angin.
5.Persiapan Ibu dan Keluarga
Asuhan sayang ibu
1. Memberikan dukungan pada ibu untuk menjalani kala dua dalam persalinan. Anjurkan suami untuk mendampingi persalinan. Bidan membantu ibu berganti posisi, memberikan makan dan minum, berikan semangat pada ibu, dan ajarkan pada ibu cara meneran yang baik saat ada dorongan kuat dan spontan, beristirahat diantara kontraksi
2. Membersihkan perineum ibu dengan air DTT dari tinja yang biasa keluar saat meneran untuk pencegahan infeksi
3. Mengosongkan kandung kemih, karena kandung kemih penuh mengganggu penurunan kepala bayi, juga menambah rasa neyeri pada perut bawah, mengakibatkan distosia bahu, menghalangi lahirnya plasenta dan perdarahan pascasalin.
c. Kala III (kala pengeluaran plasenta / uri)
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
Pada saat ini, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Karena tempat perlengkatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina, sambil berkontraksi. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
(Sarwono, 2006 : 185).
Tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
Manajemen aktif kala III, yaitu :
1. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, 10 unit oksitosin IM 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis) atau misoprostol 600 mcg/oral (sublingual) atau melakukan stimulasi putting susu agar terjadi pelepasan oksitosin secara alamiah, sebelumnya periksa apakah tidak ada bayi lagi.
2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (mengeluarkan plasenta), maksimal 30 menit, jika 15 menit pertama belum lahir berikan 10 unit oksitosin IM dosis kedua sampai 30 menit.
3. Massase fundus uteri (rangsangan taktil untuk mengetahui uterus berkontraksi baik)
Manfaat manajemen aktif kala III, yaitu :
1. Persalinan kala tiga yang lebih singkat
2. Mengurangi jumlah kehilangan darah
3. Mengurangi kejadian retensio plasenta
d. Kala IV (kala pengawasan 2 jam post partum)
Kala empat adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya post partum.
Catatan penilaian selama kala tiga, antara lain:
1. Tanda-tanda vital
2. Tinggi fundus
3. Kontraksi uterus
4. Jumlah urine atau kandung kemih
5. Jumlah darah keluar (normal <500 cc)
Tanda-tanda bahaya post partum, yaitu :
1. Demam
2. Perdarahan aktif
3. Keluar banyak bekuan darah
4. Bau busuk dari vagina
5. Pusing
6. Lemas luar biasa
7. Penyulit dalam menyusukan bayi
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa
I Penatalaksanaan Asuhan Persalinan Normal
Kala I
Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan:
1. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan, dan kesakitan:
- berilah dukungan dan yakinkan dirinya
- berikan informasi mengenai proses dan kemajuan persalinannya
- dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap perasaanya.
2. Dalam kala I pekerjaan bidan atau penolong persalinan adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persiapan untuk persalinan sedah dilakukan. Memberi obat atau melakukan tindakan hanya apabila ada indikasi untuk ibu maupun bayi.
3. Pada kala I apabila kepala masuk PAP serta ketuban belum pecah. Ibu dianjurkan jalan-jalan atau duduk. Tetapi dalam hal ini dilakukan asuhan sayang ibu, berikan makan dan minum. Posisikan ibu, berikan rasa nyaman dan aman.
4. Melakukan VT (pemeriksaan Dalam) dengan menilai :
a. Vagina, terutama dindingnya apakah ada bagian yang menyempit
b.Pembukaan serviks. Lunak atau kaku.
c. Kapasitas panggul.
d. Ada tidaknya penghalang (tumor) pada jalan lahir.
e. Sifat flour albous
f. Pecah atau tidaknya ketuban
g.Presentasi kepala janin UUK atau UUB
h.Seberapa besar turunnya bagian terbawah janin
i. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
5. Menganjurkan ibu agar tidak mengejan pada kala I untukmenghindari bayi caput.
Kala II
Yang dimulai dengan pembukaan lengkap sampai elahiran bayi
1. Memimpin ibu mengedan saat ada tanda-tanda kala II.
Ada 2 cara mengedan, yaitu :
- Dengan posisi letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala sedikit terangkat, sehingga dagu menempel pada dada dan melihat ke arah perutnya.
- Dengan posisi miring kiri atau kanan dengan satu kaki diangkat, dengan cara ini baik untuk putaran fraksi dalam yang beum sempurna.
2. Membantu / menolong proses persalinan. Satu tangan menahan perineum dan satu tangan lagi di atas sympisis untuk mencegah terjadinya ruptur.
3. Melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum kaku. Episiotomi dilakukan pada saat ada his atau mengedan pada saat perineum menipis untuk menghindari kala II lama.
4. Setelah kepala janin lahir, kepala akan mengalami putaran fraksi luar ke arah letak punggung janin, usaha slanjutnya ialah melahikan bahu depan dan belakang secara biparental. Bersihkan lendir dan usap muka bayi saat kepala lahir. Untuk melahirkan badanlakukan sangga dan susur bagian badan bayi.
5. Periksa apakah kehamilan tunggal atau kembar.
6. Perhatikan kandung kemih kosong untuk menghindari atonia uteri saat pelapasan plasenta.
Kala III
Yaitu kala pengeluaran uri / plasenta yang dimulai setelah bayi lahir yang berlangsung sekitar 6 – 15 menit.
1. Memberitahukan ibu bahwa akan dilakukan penyuntikan oksitosin dan memindahkan klem 5 – 10 cm dari vulva ibu.
2. Adanya proses lepasnya plasenta dari implementasinya, yaitu :
- Parasat kutsner, tangan kanan menegangkan dan menarik perlahan tali pusat dan tangan kiri menekan ke arah simpisis. Bila tali pusat ini masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta lepas dari dinding uterus.
- Parasat transsman, posisi tangan kanan sama pada parasat kustner, tetapi tangan kiri mengetuk-ngetuk fundus uteri. Apabila ada getaran pada tali pusat yang ditegangkan, berarti plasenta belum lepas.
- Parasat kleinn, ibu disuruh engedan tapi tali pusat tampak turun ke bawah. Bila mengedannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas.
d. Parasat crade, dengan cara memijat uterus seperti mmeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus, hanya dapat dipergunakan bila terpaksa misalnya terjadi perdarahan.
Kala IV
Yaitu dua jam setelah plasenta lahir lengkap. Pengawasan dua jam postpartum dilakukan agar kita dapat memantau keadaan ibu untuk menghindari perdarahan.
Tujuh hal yang dievaluasi pada ibu postpartum, yaitu :
1. Kontraksi uterus
2. Tekanan darah / TTV
3. Perdarahan ada / tidak
4. Memastikan kandung kencing harus kosong
5. Bayi dalam keadaan baik
6. Ibu dalam keadaan baik
7. Tinggi fundus uteri.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde Prof. Dr. SpOG. 1998. Ilmu kebidanan. Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
JNPK – KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Depkes : Jakarta.
Wimjasastro Hanifa, dkk. 2006. Ilmu kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
0 Komentar