I. IDEALISME
a. Pengertian Pokok.
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang
sejenis dengan i tu.
b. Perkembangan Idealisme.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk
ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah
yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang
ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam
benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat
dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di
masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh
semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian
dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan.
Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada
penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak
memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa
abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropah.
C. Tokoh-tokohnya.
1. Plato (477 -347 Sb.M)
2. B. Spinoza (1632 -1677)
3. Liebniz (1685 -1753)
4. Berkeley (1685 -1753)
5. Immanuel Kant (1724 -1881)
6. J. Fichte (1762 -1814)
7. F. Schelling (1755 -1854)
8. G. Hegel (1770 -1831)
II. MATERIALISME
a. Pengertian Pokok.
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia
ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
© 2003 Digited by USU Digital Library 2
b. Perkembangan Materialisme.
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan
yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap
faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme
mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.
Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat.
Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham
Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu
pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil
yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan
yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum
agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad
ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi
masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang
menentang Materialisme.
Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi
kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam.
padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda
itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu
sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling
mendasar sekalipun.
c. Tokoh-tokohnya.
1. Anaximenes ( 585 -528)
2. Anaximandros ( 610 -545 SM)
3. Thales ( 625 -545 SM)
4. Demokritos (kl.460 -545 SM)
5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6. Lamettrie (1709 -1715)
7. Feuerbach (1804 -1877)
8. H. Spencer (1820 -1903)
9. Karl Marx (1818 -1883)
III. DUALISME
a. Pengertian Pokok.
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri
atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam
hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi.
Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang
paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri
manusia.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Plato (427 -347 Sb.H)
2. Aristoteles (384 -322 Sb.H)
3. Descartes (1596 -1650)
4. Fechner (1802 -1887)
© 2003 Digited by USU Digital Library 3
5. Arnold Gealinex
6 .Leukippos
7. Anaxagoras
8. Hc. Daugall
9. A. Schopenhauer (1788 -1860)
IV. EMPIRISME
a. Pengertian Pokok
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman
inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan
dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme
sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa
pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan
suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan
pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan
didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali
dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal
berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman
inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut
penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek
yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat
dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
telah merangsang alat-alat inderawi tersebut.
Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah
barangkali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut
penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Francis Bacon (1210 -1292)
2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
3. John Locke ( 1632 -1704)
4. George Berkeley ( 1665 -1753)
5. David Hume ( 1711 -1776)
6. Roger Bacon ( 1214 -1294)
V. RASIONALISME.
a. Pengertian Pokok.
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang
berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran
yang hakiki.
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai
akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu
alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang
terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang
© 2003 Digited by USU Digital Library 4
hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII
dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia
yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berkat sarjana geniaal Fisika
Inggeris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri dari bagian-bagian kevil (atom) yang
berhubungan satu sama lain menurut hukum sebab akibat. Semua gejala alam harus
diterangkan menurut jalan mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki
suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar
kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat
akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam
kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan
manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu
pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).
b. Tokoh-tokohnya
1. Rene Descartes (1596 -1650)
2. Nicholas Malerbranche (1638 -1775)
3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)
4. G.W.Leibniz (1946-1716)
5. Christian Wolff (1679 -1754)
6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)
VI.FENOMENALISME
a. Pengertian Pokok.
Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap
bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu
positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat
hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang
menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang
langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a way of looking at
things".
Gejala adalah aktivitas, misalnya gejala gedung putih adalah gejala
akomodasi, konvergensi, dan fiksasi dari mata orang yang melihat gedung itu, di
tambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul. Fenomenalisme adalah
tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan objek menjadi satu secara
dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti dari Fenomenalisme adalah tesis
dari "intensionalisme" yaitu hal yang disebut konstitusi.
Menurut Intensionalisme (Brentano) manusia menampakkan dirinya sebagai
hal yang transenden, sintesa dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre au
monde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu. Manusia mengkonstitusi
alamnya. Untuk melihat sesuatu hal, saya harus mengkonversikan mata,
mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal yang mau dilihat. Anak yang baru
lahir belum bisa melakukan sesuatu hal, sehingga benda dibawa ke mulutnya.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Edmund Husserl (1859 -1938)
2. Max Scheler (1874 -1928)
3. Hartman (1882 -1950)
4. Martin Heidegger (1889 -1976)
5. Maurice Merleau-Ponty (1908 -1961)
6. Jean Paul Sartre (1905 -1980)
7. Soren Kierkegaard (1813 -1855)
© 2003 Digited by USU Digital Library 5
VII. INTUSIONALISME
a. Pengertian Pokok.
Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa
intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi
termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi
Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan
sering bercampur aduk dengan perasaan.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Plotinos (205 -270)
2. Henri Bergson (1859 -1994)
DAFTAR PUSTAKA
Beering, RF. 1966. Filsafat Dewasa ini. Jakarta. Penerbit Balai Pustaka.
Bertans, 1989. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta. Kanisius.
Brower, MAW. 1984. Psikologi Fenomenologi. Jakarta. Penerbit Gramedia.
--------,1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman. Bandung. Penerbit Alumni.
Kattsoff, Louis O. 1989. Pengantar Filsafat. Yogyakarta. Penerbit Bayu Indera.
Poedjiadi, Anna. 1987. Sejarah dan Filsafat Sains. Bandung. Penerbit
Cendrawasih.
Poedjawijatma. 1980. Pembimbing Ke arab Alam Filsafat. Jakarta. Pembangunan
Pranarya, AMW. 1987. Epistemologi Dasar : Suatu Pengantar. Jakarta. CSIS.
Pradja, Juhaya S. 1987. Aliran-aliran Filsafat Dari Rasionalisme Hingga
Sekularisme. Bandung. Alva Gracia.
Slamet Iman Santoso R.1977. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta. Sinar Hudaya.
Baker, Anton. 1984. Metode-metode Filsafat. Jakarta. Ghalia Indonesia.
a. Pengertian Pokok.
Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang
sejenis dengan i tu.
b. Perkembangan Idealisme.
Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk
ajaran yang murni dari Plato. yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah
yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang
ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang
menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam
benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat
dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di
masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh
semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian
dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting
daripada kebendaan.
Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada
penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak
memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa
abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali
pengaruhnya di Eropah.
C. Tokoh-tokohnya.
1. Plato (477 -347 Sb.M)
2. B. Spinoza (1632 -1677)
3. Liebniz (1685 -1753)
4. Berkeley (1685 -1753)
5. Immanuel Kant (1724 -1881)
6. J. Fichte (1762 -1814)
7. F. Schelling (1755 -1854)
8. G. Hegel (1770 -1831)
II. MATERIALISME
a. Pengertian Pokok.
Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia
ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.
© 2003 Digited by USU Digital Library 2
b. Perkembangan Materialisme.
Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan
yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap
faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme
mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.
Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat.
Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham
Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu
pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil
yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan
yang jelas dan mudah dimengerti.
Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum
agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad
ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi
masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang
menentang Materialisme.
Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari
khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi
kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam.
padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda
itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu
sendiri yaitu Tuhan.
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling
mendasar sekalipun.
c. Tokoh-tokohnya.
1. Anaximenes ( 585 -528)
2. Anaximandros ( 610 -545 SM)
3. Thales ( 625 -545 SM)
4. Demokritos (kl.460 -545 SM)
5. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
6. Lamettrie (1709 -1715)
7. Feuerbach (1804 -1877)
8. H. Spencer (1820 -1903)
9. Karl Marx (1818 -1883)
III. DUALISME
a. Pengertian Pokok.
Dualisme adalah ajaran atau aliran/faham yang memandang alam ini terdiri
atas dua macam hakekat yaitu hakekat materi dan hakekat rohani. Kedua macam
hakekat itu masing-masing bebas berdiri sendiri, sama azazi dan abadi.
Perhubungan antara keduanya itu menciptakan kehidupan dalam alam Contoh yang
paling jelas tentang adanya kerja sama kedua hakekat ini adalah terdapat dalam diri
manusia.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Plato (427 -347 Sb.H)
2. Aristoteles (384 -322 Sb.H)
3. Descartes (1596 -1650)
4. Fechner (1802 -1887)
© 2003 Digited by USU Digital Library 3
5. Arnold Gealinex
6 .Leukippos
7. Anaxagoras
8. Hc. Daugall
9. A. Schopenhauer (1788 -1860)
IV. EMPIRISME
a. Pengertian Pokok
Empirisme berasal dari kata Yunani yaitu "empiris" yang berarti pengalaman
inderawi. Oleh karena itu empirisme dinisbatkan kepada faham yang memilih
pengalaman sebagai sumber utama pengenalanan dan yang dimaksudkan
dengannya adalah baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniah yang menyangkut pribadi manusia. Pada dasarnya Empirisme
sangat bertentangan dengan Rasionalisme. Rasionalisme mengatakan bahwa
pengenalan yang sejati berasal dari ratio, sehingga pengenalan inderawi merupakan
suatu bentuk pengenalan yang kabur. sebaliknya Empirisme berpendapat bahwa
pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga pengenalan inderawi merupakan
pengenalan yang paling jelas dan sempurna.
Seorang yang beraliran Empirisme biasanya berpendirian bahwa pengetahuan
didapat melalui penampungan yang secara pasip menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Ini berarti semua pengetahuan betapapun rumitnya dapat dilacak kembali
dan apa yang tidak dapat bukanlah ilmu pengetahuan. Empirisme radikal
berpendirian bahwa semua pengetahuan dapat dilacak sampai kepada pengalaman
inderawi dan apa yang tidak dapat dilacak bukan pengetahuan. Lebih lanjut
penganut Empirisme mengatakan bahwa pengalaman tidak lain akibat suatu objek
yang merangsang alat-alat inderawi, kemudian di dalam otal dipahami dan akibat
dari rangsangan tersebut dibentuklah tanggapan-tanggapan mengenai objek yang
telah merangsang alat-alat inderawi tersebut.
Empirisme memegang peranan yang amat penting bagi pengetahuan, malah
barangkali merupakan satu-satunya sumber dan dasar ilmu pengetahuan menurut
penganut Empirisme. Pengalaman inderawi sering dianggap sebagai pengadilan yang
tertinggi.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Francis Bacon (1210 -1292)
2. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)
3. John Locke ( 1632 -1704)
4. George Berkeley ( 1665 -1753)
5. David Hume ( 1711 -1776)
6. Roger Bacon ( 1214 -1294)
V. RASIONALISME.
a. Pengertian Pokok.
Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang
berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran
yang hakiki.
Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai
akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah
penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.
Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu
alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang
terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang
© 2003 Digited by USU Digital Library 4
hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII
dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia
yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berkat sarjana geniaal Fisika
Inggeris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri dari bagian-bagian kevil (atom) yang
berhubungan satu sama lain menurut hukum sebab akibat. Semua gejala alam harus
diterangkan menurut jalan mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki
suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar
kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat
akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam
kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan
manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu
pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).
b. Tokoh-tokohnya
1. Rene Descartes (1596 -1650)
2. Nicholas Malerbranche (1638 -1775)
3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)
4. G.W.Leibniz (1946-1716)
5. Christian Wolff (1679 -1754)
6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)
VI.FENOMENALISME
a. Pengertian Pokok.
Secara harfiah Fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap
bahwa Fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran.
Seorang Fenomenalisme suka melihat gejala. Dia berbeda dengan seorang ahli ilmu
positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat
hukum-hukum dan teori. Fenomenalisme bergerak di bidang yang pasti. Hal yang
menampakkan dirinya dilukiskan tanpa meninggalkan bidang evidensi yang
langsung. Fenomenalisme adalah suatu metode pemikiran, "a way of looking at
things".
Gejala adalah aktivitas, misalnya gejala gedung putih adalah gejala
akomodasi, konvergensi, dan fiksasi dari mata orang yang melihat gedung itu, di
tambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul. Fenomenalisme adalah
tambahan pada pendapat Brentano bahwa subjek dan objek menjadi satu secara
dialektis. Tidak mungkin ada hal yang melihat. Inti dari Fenomenalisme adalah tesis
dari "intensionalisme" yaitu hal yang disebut konstitusi.
Menurut Intensionalisme (Brentano) manusia menampakkan dirinya sebagai
hal yang transenden, sintesa dari objek dan subjek. Manusia sebagai entre au
monde (mengada pada alam) menjadi satu dengan alam itu. Manusia mengkonstitusi
alamnya. Untuk melihat sesuatu hal, saya harus mengkonversikan mata,
mengakomodasikan lensa, dan mengfiksasikan hal yang mau dilihat. Anak yang baru
lahir belum bisa melakukan sesuatu hal, sehingga benda dibawa ke mulutnya.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Edmund Husserl (1859 -1938)
2. Max Scheler (1874 -1928)
3. Hartman (1882 -1950)
4. Martin Heidegger (1889 -1976)
5. Maurice Merleau-Ponty (1908 -1961)
6. Jean Paul Sartre (1905 -1980)
7. Soren Kierkegaard (1813 -1855)
© 2003 Digited by USU Digital Library 5
VII. INTUSIONALISME
a. Pengertian Pokok.
Intusionalisme adalah suatu aliran atau faham yang menganggap bahwa
intuisi (naluri/perasaan) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Intuisi
termasuk salah satu kegiatan berfikir yang tidak didasarkan pada penalaran. Jadi
Intuisi adalah non-analitik dan tidak didasarkan atau suatu pola berfikir tertentu dan
sering bercampur aduk dengan perasaan.
b. Tokoh-tokohnya.
1. Plotinos (205 -270)
2. Henri Bergson (1859 -1994)
DAFTAR PUSTAKA
Beering, RF. 1966. Filsafat Dewasa ini. Jakarta. Penerbit Balai Pustaka.
Bertans, 1989. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarta. Kanisius.
Brower, MAW. 1984. Psikologi Fenomenologi. Jakarta. Penerbit Gramedia.
--------,1986. Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman. Bandung. Penerbit Alumni.
Kattsoff, Louis O. 1989. Pengantar Filsafat. Yogyakarta. Penerbit Bayu Indera.
Poedjiadi, Anna. 1987. Sejarah dan Filsafat Sains. Bandung. Penerbit
Cendrawasih.
Poedjawijatma. 1980. Pembimbing Ke arab Alam Filsafat. Jakarta. Pembangunan
Pranarya, AMW. 1987. Epistemologi Dasar : Suatu Pengantar. Jakarta. CSIS.
Pradja, Juhaya S. 1987. Aliran-aliran Filsafat Dari Rasionalisme Hingga
Sekularisme. Bandung. Alva Gracia.
Slamet Iman Santoso R.1977. Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan.
Jakarta. Sinar Hudaya.
Baker, Anton. 1984. Metode-metode Filsafat. Jakarta. Ghalia Indonesia.
0 Komentar