Pemikiran yang
bercorak kritis dalam filafat Islam berupa aliran-aliran yang berusaha secara
kritis menganalisa keadaan umat Islam dan problema yang mereka hadapi; termasuk
di dalamnya bidang pendidikan Islam, dengan berusaha memberikan
pemikiran-pemikiran baru, bagi pemecahannya.
Sekali pun dunia
Islam ketika itu dalam suasana kebekuan berpikir, bukan berarti tidak ada suara
pembaharuan yang sifatnya progressif. Tetapi gemanya sangat lemah, hampir tidak
pernah membangunkan masyarakat dari tradisi taklid, dan berprasangka buruk
terhadap setiap pemikiran yang bercorak baru, dan menganggapnya sebagai hal
yang asing dalam agama.
a. Aliran yang berorientasi
pemikiran Islam yang murni, dengan semboyan kembali kepada Al-Qur’an dan
Al-Hadits.
b. Aliran yang berorientasi
pada pengembangan kehidupan sosial dan pandangan masyarakat Islam sendiri.
c. Yang berdasarkan dan
berorientasi pada dunia Barat.
1. Yang berorientasi pada
pemikiran Islam yang murni
Dapat dicatat, bahwa mujaddid
yang pertama dan berhasil menghidupkan semanagt koreksi dan berijtihad dalam
pemikiran keagamaan dalam Islam, adalah Mohammad Ibn Abd al-Wahab (1703-1787),
pendiri gerakan Wahabi di Saudi Arabia. Ijtihad beliau benar-benar disandarkan
pada dasar-dasar Islam sejati. Sama sekali tidak berasal dari pengaruh
pemikiran di luarnya. Hal ini sesuai dengan semboyan: “Kembali kepada Al Qur’an
dan Sunnah Nabi”.
2. Yang berorientasi pada
pengembangan kehidupan sosial dan pandangan masyarakat setempat
Tokohnya adalah Sayyid Jamaluddin
al-Afgani (1838-’98); seorang politikus yang lahir di Afganistan. Beliau adalah
mujaddid yang kedua setelah Mohammad Ibn Abd al-Wahab yang mengadakan koreksi
terhadap pemikiran yang tradisional ortodoks dalam Islam. Yang istemewa pada
Jamaluddin dari Ibn Abd al-Wahab, bahwa Jamaluddin Al Afgani merupakan tokoh
yang menganjurkan pertama kali gerakan pembaharuan pengetahuan duniawi
menandingi kemajuan Barat. Beliau adalah pemimpin Islam yang pertama kali
meneriakkan secara lantang suara pembaharuan pemikiran keagamaan dalam segnap
aspek: ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, sosial, kesenian dan kebudayaan secara
menyeluruh.
Pernah menjadi perdana menteri di
negerinya, beberapa kali diusir oleh Pemeritah colonial Inggris di India dan di
Mesir, karena aktivitas politiknya menetang penjajahan.
Di Mesir beliau mengumandangkan
seruan pembangunan pemikiran keagamaan dan berpartisipasi menyebarkan semangat
kebangunan bangsa Mesir.
Dengan muridnya, Mohammad Abduh,
di Paris, beliau bersama-sama menerbitkan majalah yang menyuarakan pembaharuan
Pemikiran Islam: “Al-‘Urwah al-Wutsqa”; yang kemudian penyebarannya dilarang di
berbagai negeri jajahan Inggris. Buku beliau yang terkenal adalah : Al-Raddu Ala
al-Dahriyah, isinya mengecam paham materialis Barat.
Tokoh lain yang sealiran dengan
Jamaluddin, tidak lain adalah Mohammad Abduh (1849-1905) sendiri. Mohammad
Abduh seorang ulama besar, pernah menjadi Mufti di Mesir, jabatan yang
memudahkannya menyebarkan pendapat untuk mengikis habis pemikiran tradisional
yang sudah membeku dalam masyarakat.
Tulisan dan ajaran Mohammad Abduh
dibukukan oleh muridnya yang terkenal pula, Mohammad Rasyid Ridha. Hasil karya
beliau itu adalah: Al- Wahyu al-Muhammadi, Risalah al-Tauhid Al Islam
wal Nashraniah, Tafsir Al Manar.
Dari ketiga mujaddid di atas,
maka Mohammad Abduh merupakan tokoh yang sangat penting, yang langsung
mempengaruhi para ulama secara meluas, dan ajaran-ajarannya sampai kesegenap
pelosok dan lapisan masyarakat Islam.
Seperti pada Jamaluddin Al
Afgani, pada Mohammad Abduh, terlihat adanya pengaruh kebudayaan Barat modern,
tetapi pengaruhnya kecil dan bersifat pasif saja.
Beliau berdua menghimbau, agar
umat Islam giat mempelajari pengetahuan Barat modern, dan menunjukkan adanya
persesuaian ajaran Islam dengan pengetahuan modern. Terhadap pemikiran Barat
yang tidak sejalan dengan ajaran Islam ditolak, karena dianggap tidak sesuai dengan
pandangan masyarakat setempat. Paham ini mempunyai karakteristik yang khas pada
pelbagai gerakan pembaharuan, baik di Mesir, di India dan juga di Indonesia .
3. Yang berdasarkan dan
berorientasi pada Dunia Barat
Gerakan ini di Mesir dilaksanakan
oleh Mohammad Ali Pasya; di Turki oleh Gerakan Turki Muda dipimpin oleh Mustafa
Kemal Attaturk.
Mustafa Kemal adalah tokoh yang
revolusioner, masa mudanya ia mempelajari ajaran-ajaran Dhiya Cuk Elp (atau,
Gea Gokalp, 1875-1924) tokoh Nasionalis Turki. Elp berusaha mendirikan
organisasi berdasarkan nasionlisme Turki, di mana Islam tidak menjadi faktor
yang penting.
Mustafa Kemal pelopor
intelektualisme Barat, dan pendukung paham kebebasan beragama. Ia sendiri tidak
mempercayai hal-hal yang gaib. Menurut pendapatnya, Islam adalah biang
kehancuran di masa lampau, yang telah bersalah terhadap Turki dan menyebabkan
kerugian yang amat besar terhadapnya.
Sebagai seorang nasionalis, ia
berusaha membebaskan Turki dari pemerintahan otokrasi Sultan Hamid II. Menurut
Kemal, pemerintahan teokrasi adalah saudara kembar dari pemerintahan otokrasi.
Kemal menghendaki pembatasan terhadap kekuasaan para ulama, penekanan terhadap
organisasi-organisasi agama, serta partai-partai yang berjiwa keagamaan
dikekang dan dipersempit ruang geraknya. Dengan gigih dianjurkannya untuk
membatalkan agama sebagai dustur negara Turki, dan menyingkirkan hakim-hakim
pada pengadilan agama yang selama ini berkuasa menerangkan dan menafsirkan
undang-undang Islam dan sebagai gantinya supaya dibentuk pengajaran-pengajaran
baru yang bersifat sekuler.
Pendidikan agama dilarangnya,
pusat-pusat kegiatan pendidikan Islam ditutup, dilarangnya memakai hijab,
diperintahkannya supaya wanita tidak memakai cadar. Dan Ko-edukasi dalam
pendidikan. Penggunaan huruf Arab digantinya dengan huruf latin.
Seperti inilah pembaharuan
pemikiran yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal Attaturk. Pemikiran yang
jelas-jelas banyak bertentangan dengan pemikiran Islami.
2 Komentar
yang pertama: oke, aplikasi masalah agama
BalasHapusyang kedua: oke, masalah dunia
ketiga: nah lho, mau nerapin kemana ini,soalnya udah pindah keranah politik.
tahu ni dari modul .... mungkin penulisnya kaco
BalasHapus