Komunikasi Massa Media Televisi

PENDAHULUAN

Televisi sejak tahun 1976 telah dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional ialah diluncurkannya satelit palapa pada tahun itu. Televisi tampaknya mempunyai sifat istemewa, ia merupakan gabungan dari media dengar dan gambar, bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan. Dengan layar yang relatif kecil, diletakan di sudut ruangan rumah, televisi‎ menciptakan suasana tertentu di mana para pemirsanya duduk dengan santai tanpa kesengajaan untuk mengikutinya. Penyampaian isi dan pesan juga seolah-olah langsung antara komunikator dengan komunikan. Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan terlihat jelas secara visual.
Resolusi informasi dan komunikasi zaman ini melahirkan peradaban baru yaitu kehidupan yang tidak dibatasi lagi oleh ruang dan waktu. Salah satu trend dalam masyarakat modern sekarang adalah bagaimana membangun dunia secara universal, merangkum dunia menjadi satu. Lewat dunia informasi dan komunikasi pula, segala persoalan-persoalan global dunia akan dibahas bersama, akan dipikirkan bersama, yang semuanya bertujuan membangun kondisi-kondisi kehidupan yang menyenangkan.

P E M B A H A S A N

A.    Komunikasi Massa Media Televisi
Istilah komunikasi diambil dari bahasa Yunani, yaitu “common“ yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “Shared by all alike“ Itulah sebabnya, komunikasi pada prinsipnya harus bersifat dua arah dalam rangka pertukaran pikiran (idea) dan informasi menuju pada terbentuknya pengertian bersama. Unsur-unsur dari proses komunikasi ialah, adanya isyarat dan lambang-lambang yang mengandung arti.
Sedangkan komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa. Massa di sini dimaksudkan sebagai pra penerima pesan yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya.
Ciri-ciri massa yaitu:
1.    Jumlahnya besar
2.    Antara individu, tidak ada hubungan/organisatoris
3.    Memiliki latar belakang yang berbeda

B.    Posisi Media Televisi
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa  jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Televisi sebagai media yang muncul belakangan dibandingkan media cetak dan radio, ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini.
Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Media televisi pun pada akhirnya melahirkan istilah baru dalam pola peradaban manusia yang telah dikenal dengan "mass culture“ (kebudayaan massa). Manusia cenderung menjadi konsumen budaya massa melalui “kotak ajaib“ yang menghasilkan suara dan gambar. Individu juga dihadapkan kepada realitas sosial yang tertayang di media massa.
Daya tarik media televisi” sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi‎, berubah total sama sekali. Media massa menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Tetapi walaupun demikian, media televisi‎ juga mempunyai banyak kelebihan di samping beberapa kelemahan. Kekuatan media televisi‎ ialah menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi‎ telah menggunakan elektromagnetik, kebel dan fiber yang dipancarkan melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa, cukup besar. Nilai aktualitas terhadap suatu liputan atau pemberitaan sangat cepat. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif). Satu hal yang paling berpengaruh dari daya tarik televisi‎ ialah bahwa informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.
Kekurangan televisi‎ adalah, karena bersifat “transitory” maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa. Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja. Televisi tidak dapat melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti halnya media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.

C.    Media Televisi dan Budaya Massa
Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi financial atau catalog berbagai macam produksi barang. Kegemaran masyarakat diseluruh dunia untuk memilih berita-berita luar negeri yang dipandang penting, cendrung seragam. Kejadian atau peristiwa yang diliput Reuter atau CNN pada saat yang sama diberitakan pula oleh kantor berita seluruh dunia. Penayangan suara dan gambar di televisi, secara tidak langsung menumbuhkan dan membangkitkan kepedulian social masyarakat internasional uuntuk ikut merasakan peristiwa yang terjadi dibelahan Negara lain.
Selain menayangkan berita-berita musibah, televisi ternyata juga menjadi saluran produksi dari beberapa karya sinematografi dan sinema elektronik, baik dalam bentuk film maupun  “live music”. Kebebasan media TV dalam menayangkan film-film yang berbauporno, sadis atau menyangkut SARA, sering menimbulkan polemik dan konplek diantara pakar-pakar komunikasi massa, para agamawan, budayawan bahkan kaum moralis.
Dampak negative lain yang menjadi perhatian dunia ketiga, yaitu terjadinya kesenjangan informasi antara Negara-negara yang telah maju secara industri, ekonomi dan teknologi dengan Negara-negara berkembang, dalam bentuk monopoli informasi. Kesenjangan informasi ini menjadi persoalan yang tidak pernah selesai. Setiap Negara memiliki berbagai argumentasi serta kepentingan tersendiri terhadap penayangan informasi televisi. Monopoli informasi dari negara maju (AS) ke Negara berkembang, akan mengakibatkan munculnya amerikanisasi (westernisasi) dalam bentuk peneguhan dan penegakan (propaganda) ideologi serta budaya negara mereka.

D.    Paket Acara Televisi
Dari hasil Penelitian Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) tentang tayangan untuk anak-anak di televisi, terungkap bahwa 52 % adalah adegan antisocial dan hanya 48 % yang proporsional. Persoalan yang ditakuti oleh beberapa kalangan dan tokoh masyarakat tentang film anak  yang anti social ialah anak akan mencitrakan diri seperti tokoh dalam film-film atau tayangan-tayangan tersebut.
Tokoh-tokoh asing dalam film anak lebih banyak membela kebenaran melawan kejahatan dengan cara tidak nalar dan berkesan sadistis.

E.    Kualitas Tayangan
Membicarakan dampak negative terhadap anak, tak akan pernah selesai. Selain itu, porsi waktu dan tayangan televisi untuk anak yang sedikit dan terbatas, bukanlah factor mutlak yang menyebabkan terganggunya kepribadian anak. Sebenarnya masih banyak factor lain yang masih harus kita teliti secara jelas, tepat dan terarah.
Salah satunya adalah factor kualitas tayangan acara anak dan mekanisme seleksi penayangan film anak serta jam siarnya. Kalau hal ini diperhatikan, otomatis persoalan dampak negatif film terhadap anak, tidak perlu terlalu di khawatirkan.
Di Indonesia, TV swasta pada saat ini, belum menemukan cara yang tepat dalam menyeleksi dan memilih tayangan untuk anak-anak. Begitu juga mengenai kreteria, kategori dan standarisasi kualitas film anak, belum ada kesepakatan serta undang-undang dan jelas disepakati oleh setiap media televisi kita. Kalau saja ada kesepakatan jam tayang untuk film anak di TV swasta, otomatis mau tidak mau, anak akan mengekspos dirinya pada film tersebut. Selain itu, para produser dan rumah produksi perlu diberlakukan aturan jelas dan benar untuk memproduksi film anak. Jangan samapai mereka mengeksploitasi dunia anak dalam film-film produksinya, hanya untuk keuntungan semata tanpa memperdulikan dampaknya kepada anak.
Kehadiran film-film asing ataupun tayangan asing, perlu dibatasi dan di buat perundangan serta disesuaikan dengan kepribadian anak Indonesia. Untuk semua itu diperlukan kesadaran hati dan pikiran bijak dari pemerintah, masyarakat, produser, broadraster maupun para pengamat komunikasi. Hal penting yang perlu pula kita lakukan adalah memotivasi anak untuk meningkatkan minat baca sekaligus melatih pola pikir mereka untuk selalu rasional dalam memecahkan segala persoalan dalam hidupnya. Televisi hanyalah sebuah perantara atas kenyataan yang ada dalam kehidupan. Tinggal bagaimana pemirsanya memanfaatkan media tersebut untuk kepentingan positif.

Kesimpulan
⦁    Televisi adalah media komunikasi yang efektif dalam informasi secara menyeluruh.
⦁    Penyeleksian terhadap tayangan televisi harus lebih ditingkatkan.




DAFTAR PUSTAKA

Drs. Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, Rineka Cipta, Jakarta, 1996
Suleiman, Amir H, Media Audiovisual: Untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, Gramedia, Jakarta, 1988



Posting Komentar

0 Komentar