A. Latar Belakang
Pada waktu islam lahir dan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di Makkah dan Madinah, filsafat belum lagi ada disana. Sehingga Al-Qur’an dan Hadist tidak perlu mendebatnya. Apa yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah berbagai bentuk sanggahan dan dalil yang ditujukan kepada bangsa Arab yang menyemah berhala dan patung, dan juga kepercayaan mereka terhadap dewa-dewa yang berperan sebagai perantara manusia dengan Tuhan, mengharapkan nya dapat mendekatkannya kepada- Na. lebih-lebih lagi lintng pengingkaran mereka akan ciptaan alam dan kebangkita ikhrawi dan pernyataan bahwa kehidupan duniawi ini ialah satu-satunya kehidupan, dimana manusia hidup dan mati, hanya zamanlah yang membinasakannya.
Agama samawi didasarkan kepada waktu yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang ditugaskan untukmenyampaikan risalah kepada umat manusia. Dari itu, sendi akidah islam ada tiga: Wujud dan keesaan Allah SWT, mengutus para rasul dan ken kebangkitan ukhrawi. Akan tetapi, imam Al-Ghazali dalam kitabnya At-Tahafut yang dalamnya ia menyanggah para filosof dan menunjukan kekacauan pendapat mereka, tidak menyinggung selain dua sendi saja yang pertama dan yang ketiga.
Adapun filsafat, maka pegangan dasarnya adalah akal buka wahyu. Terkadang ada kepercayaan kepada Tuhan dan ada juga yang tidak. Dalam kalamnya filosof ada yang beriman ada pula yang kufur yang hanya percaya apa yang dapat diamati oleh indra serta dikuatkan oleh akal. Perbedaan agama dan filsafat adalah mendasar, baik metode maupun permasalahan (maudu). Metode agama jelas berbeda dengan metode filsafat. Telah berlaku kebiasaan dalam kalangan umat islam memperbandingkan dua metode tersebut dengan mengatkan : mendengar dan akal (as-sam’u wal-‘aql). Di nukilkan dan difikirkan, syariat dan hikmah dan sebagainya.
Pertentangan antara pemuka agama, ahli hokum (fuqaha) dan para tiolog (mutakallim) dengan para filosof sudah lama sejak umat islam mengenal filsafat.
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kesederhanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan”,1.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala yang ada”,2.
Aristotelis ( murid platos mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupa mempelajari ‘ peri ada selaku peri ada’ (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya”(being as such)”3.
Rene Descartes, filosof Prancis mengatakan bawa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia”4.
Bagi William James, filosof Amerika bahwa filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk betfikir jelas dan terang”5.
Lebihlanjut Prof.M.Nasroen S.H mengatakan “Paslafat itu adalah sebuah dari corak usaha manusia dalam menghadapi, memecahkan dan menundukan masalah yang mengenai ada dan hiupnya, yaitu yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Falsafah itu adalah ciptaan dari manusia, sebagai satu kesatuan tetap dalam falsafah ini, maka tenaga fikiran yang ada pada manusia itulah yang mengambil inisiatif dan mempunyai peranan utama.
Tetapi dalam hal ini bukanlah semata-mata fikiran itu saja yang bertindak, sebab yang bertindak itu tetap manusia itu sebagai satu kesatuan, yang berfalsafah itu manusia buka fikiran. Dan dengan falsafah manusia akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukannya. Maka dengan demikian falsafah itu harus dapat dilaksanakan, kalau tidak, tetntulah falsafah itu adalah khayalan, mainan fikiran saja dan akan tidak mungkin membuahkan hasil yang nyata bagi manusia itu”6.
Dari uraian definisi-definisi di atas jelaslah bahwa falsafat itu tidak hanya sebagai semboyan saja tanpa penyelidikan / pembahasan yang sungguh-sungguh, filsafat menggunakan rasio sebagai alat untuk tujuan keahagiaan manusia dan bukanlah manusia yang diperalat oleh rasio.
A. Sirah Al-Ghazali
Sebelum membicarakan sebab yang mendorong al-ghazali menyerang para filosof, maka ada baiknya terlebih dahulu penulis menguraikan sekilas tentang sejarah hidup(sirah) Al-Ghazali.
Nama lengkap adalahMuhammad bin Muhammad Bin Muhammad Bin Ahmad Abu Hamid Al-Ghazali.”7 Ia dilahirkan pada tahun 450 H / 1058 M. di Ghazalih suatu kota yang terletak di dekat Kus di Khurasan (Iran). Kata Al-Ghazali kadang-kadang diucapkan Al-Ghazali (dengan Duaz). Dengan dengan menduakalikan Z, kata Al-Ghazzali diambil dari kata Gazzal, artinya tukang pemital benang, karena pekerjaan orang tua Al-Ghazali ilah memital benang wol, sedangkan Al-Ghazali sengan satu Z diambil dari kata Ghazalah, nama kampong kelahiran Al-Ghazali.”8 Ia wafat dan dikebumikan pada tahun 505 H / 1111 M. pada masa kanak-kanak ia belajar ilmu fiqh di kota Tus pada imam Ar-Razakani, dan selanjtnya panda ke Naisabur dimana ia belajar pada Imam Al-Harmain Abu Al-Ma’ali Al-Jawaini. Ia sangat menonjol kemahirannya dalam ilmu kalamAsy-‘ari, sehingga merupaka seorang yang paling mahir bernalar dalam zamannya. Kemudian ia pindah ke Muaskar dimana ia berhubungan dengan Nazimu’l-Mulk, perdana mentri Bani Saljuk, yang kemudian mengangkat jadi pengajar (Guru Besar) diUniversitas An-Nizamiyah di Bagdad. Di kota ini ia menjadi popular halqah pengajiannya semakin luas. Dan ia pun banyak menulis dimasa ini. Tetapi, ia meninggalkan kehidupan duniawi, memutuskan hubungan dengan masyarakat, waktu ia menetap di Damaskus, mengisolir untuk beribadat, kontemplatif dan hidup sufi. Ia mengalami krisis jiwa, pemikiran dan agama beberapa bulan, dan setelah sembuh, ia kembali ke Nasibur dimana ia menghabiskan umurnya dalam mengajar gingga meninggal.
Ia degelar dengan Hujjatul-l-Islam karena pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama ini, terutama dalam menyanggah aliran kebatinan dalam pain filsafat.”9
Al-Ghazali sangat produktif dalam menulis ; ilmunya sangat meluas, dan setiap ilmu yang ditulis adalah hujjah; bagus pemaparannya, jelas gaya bahasanya, tegas kesimpulannya serta kuat dalilnya. Karangan Al-Ghazali banyak sekali, yang meliputi berbagai macam lapangan ilmu pengetahuan. Seperti ilmu kalam, kitabnya adalah al-Iqtisad Fil-I’Tiqad’ ilmu ushul kitabnya Al-Mustasfa, akhlak ia menulis Mizanul-l-‘amal yang terpopuler adalah Ihya’u ‘ulumi’d-din, didalamnya ia kumpulkan pokok-pokok agama dan aqidah, ibadat, akhlak, dan kaidah-kaidah suluk yang pantas dijadikan pedoman bagi setiap muslim serta masih banyak lagi yang lainnya.
Yang mengherankan, ia juga menulis dalam filsafat. Kitab Maqasidu’l-Falasifah yang ditulisnya terdiri dari tiga bagian (Juz). Mengikuti metode kitab An-Najah, karya Ibnu Sina ; Mantik, alam dan ketuhanan (ilahiyah). Kitab ini telah diterjemahkan kebahasa latin dan telah memperoleh popularitas yang luas di Eropa. Karena itu kebanyakan ahli fikir di Eropa memandang bahwa Al-Ghazali adalah seorang filosof, bukan saja karena ia menulis kitab ini, malah juga ia menguasai bebagai ilmu serta menulisnya kecuali matematika dan fisika. Kecuali ilmu itu juga hujjah dalam ilmu mantiq, akhlak dan ilmu jiwa yang merupakan cabang-cabang filsafat yang diwarisi oleh bangsa Yunani. Sebagian besar kitab ditulisnya pada waktu ia bermukim di Bagdad. Sebagai guru besar di Universitas An-Nazzamiyah dari tahun 484 sampai dengan tahun 488 H. di penghujung tahun tersebut ia menulis kitab Tahafutu’l-Falasifah dimana ia menyerang para filosof serta menyatakan pemisahan diri dari filsafat tradisional yang diwarisi dari bangsa Yunani. Setelah mengisolir diri beberapa waktu, ia gemar berkotemplasi dalam “filsafat baru” yang secara khusus tercermin dalam kitab Al-iya’u Kimiya’u’s-sa’adah dan Miskatu’l-Anwar.
_________________________
. Drs. Rizal Mustansyir M.Hum, dan Drs. Misnal Munir M.Hum “Filsafat Ilmu” penerbit. Pustaka Pelajar al IV 2003 hal 2
2. Jan Hendrik Rapar “Pengantar Filsafat” Penerbit Kanisiu Jogjakarta ket ke 6 1996 hal 15.
3. Ibid
4. Ibid
5. Ibid
6. Drs. Hamzah Abbas “ Pengantar Filsafat Alam” Penerbit Al-Ikhlas. Jakarta 1981 hal. 4
7. Drs. H.A. Mustofa “Filsafat Islam” Penerbit Pustaka Setia. Bandung 2009. Hal. 214
8. Ahmad Hanafi, MA “Pengantar Filsafat Islam” Penerbit Bulan Bintang Jakarta. 1990. Hal. 135
9. Editor Drs. Ahmad Dauely, MA “Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam) penerbit Bulan
Bintang. Jakarta . 1984. Hal. 60
Pada waktu islam lahir dan Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw di Makkah dan Madinah, filsafat belum lagi ada disana. Sehingga Al-Qur’an dan Hadist tidak perlu mendebatnya. Apa yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah berbagai bentuk sanggahan dan dalil yang ditujukan kepada bangsa Arab yang menyemah berhala dan patung, dan juga kepercayaan mereka terhadap dewa-dewa yang berperan sebagai perantara manusia dengan Tuhan, mengharapkan nya dapat mendekatkannya kepada- Na. lebih-lebih lagi lintng pengingkaran mereka akan ciptaan alam dan kebangkita ikhrawi dan pernyataan bahwa kehidupan duniawi ini ialah satu-satunya kehidupan, dimana manusia hidup dan mati, hanya zamanlah yang membinasakannya.
Agama samawi didasarkan kepada waktu yang diturunkan kepada para nabi dan rasul yang ditugaskan untukmenyampaikan risalah kepada umat manusia. Dari itu, sendi akidah islam ada tiga: Wujud dan keesaan Allah SWT, mengutus para rasul dan ken kebangkitan ukhrawi. Akan tetapi, imam Al-Ghazali dalam kitabnya At-Tahafut yang dalamnya ia menyanggah para filosof dan menunjukan kekacauan pendapat mereka, tidak menyinggung selain dua sendi saja yang pertama dan yang ketiga.
Adapun filsafat, maka pegangan dasarnya adalah akal buka wahyu. Terkadang ada kepercayaan kepada Tuhan dan ada juga yang tidak. Dalam kalamnya filosof ada yang beriman ada pula yang kufur yang hanya percaya apa yang dapat diamati oleh indra serta dikuatkan oleh akal. Perbedaan agama dan filsafat adalah mendasar, baik metode maupun permasalahan (maudu). Metode agama jelas berbeda dengan metode filsafat. Telah berlaku kebiasaan dalam kalangan umat islam memperbandingkan dua metode tersebut dengan mengatkan : mendengar dan akal (as-sam’u wal-‘aql). Di nukilkan dan difikirkan, syariat dan hikmah dan sebagainya.
Pertentangan antara pemuka agama, ahli hokum (fuqaha) dan para tiolog (mutakallim) dengan para filosof sudah lama sejak umat islam mengenal filsafat.
A. Pengertian Filsafat
Filsafat secara etimologis berasal dari bahasa Yunani Philosophia, philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kesederhanaan. Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan”,1.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain, plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala yang ada”,2.
Aristotelis ( murid platos mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupa mempelajari ‘ peri ada selaku peri ada’ (being as being) atau “peri ada sebagaimana adanya”(being as such)”3.
Rene Descartes, filosof Prancis mengatakan bawa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam dan manusia”4.
Bagi William James, filosof Amerika bahwa filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk betfikir jelas dan terang”5.
Lebihlanjut Prof.M.Nasroen S.H mengatakan “Paslafat itu adalah sebuah dari corak usaha manusia dalam menghadapi, memecahkan dan menundukan masalah yang mengenai ada dan hiupnya, yaitu yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya. Falsafah itu adalah ciptaan dari manusia, sebagai satu kesatuan tetap dalam falsafah ini, maka tenaga fikiran yang ada pada manusia itulah yang mengambil inisiatif dan mempunyai peranan utama.
Tetapi dalam hal ini bukanlah semata-mata fikiran itu saja yang bertindak, sebab yang bertindak itu tetap manusia itu sebagai satu kesatuan, yang berfalsafah itu manusia buka fikiran. Dan dengan falsafah manusia akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukannya. Maka dengan demikian falsafah itu harus dapat dilaksanakan, kalau tidak, tetntulah falsafah itu adalah khayalan, mainan fikiran saja dan akan tidak mungkin membuahkan hasil yang nyata bagi manusia itu”6.
Dari uraian definisi-definisi di atas jelaslah bahwa falsafat itu tidak hanya sebagai semboyan saja tanpa penyelidikan / pembahasan yang sungguh-sungguh, filsafat menggunakan rasio sebagai alat untuk tujuan keahagiaan manusia dan bukanlah manusia yang diperalat oleh rasio.
A. Sirah Al-Ghazali
Sebelum membicarakan sebab yang mendorong al-ghazali menyerang para filosof, maka ada baiknya terlebih dahulu penulis menguraikan sekilas tentang sejarah hidup(sirah) Al-Ghazali.
Nama lengkap adalahMuhammad bin Muhammad Bin Muhammad Bin Ahmad Abu Hamid Al-Ghazali.”7 Ia dilahirkan pada tahun 450 H / 1058 M. di Ghazalih suatu kota yang terletak di dekat Kus di Khurasan (Iran). Kata Al-Ghazali kadang-kadang diucapkan Al-Ghazali (dengan Duaz). Dengan dengan menduakalikan Z, kata Al-Ghazzali diambil dari kata Gazzal, artinya tukang pemital benang, karena pekerjaan orang tua Al-Ghazali ilah memital benang wol, sedangkan Al-Ghazali sengan satu Z diambil dari kata Ghazalah, nama kampong kelahiran Al-Ghazali.”8 Ia wafat dan dikebumikan pada tahun 505 H / 1111 M. pada masa kanak-kanak ia belajar ilmu fiqh di kota Tus pada imam Ar-Razakani, dan selanjtnya panda ke Naisabur dimana ia belajar pada Imam Al-Harmain Abu Al-Ma’ali Al-Jawaini. Ia sangat menonjol kemahirannya dalam ilmu kalamAsy-‘ari, sehingga merupaka seorang yang paling mahir bernalar dalam zamannya. Kemudian ia pindah ke Muaskar dimana ia berhubungan dengan Nazimu’l-Mulk, perdana mentri Bani Saljuk, yang kemudian mengangkat jadi pengajar (Guru Besar) diUniversitas An-Nizamiyah di Bagdad. Di kota ini ia menjadi popular halqah pengajiannya semakin luas. Dan ia pun banyak menulis dimasa ini. Tetapi, ia meninggalkan kehidupan duniawi, memutuskan hubungan dengan masyarakat, waktu ia menetap di Damaskus, mengisolir untuk beribadat, kontemplatif dan hidup sufi. Ia mengalami krisis jiwa, pemikiran dan agama beberapa bulan, dan setelah sembuh, ia kembali ke Nasibur dimana ia menghabiskan umurnya dalam mengajar gingga meninggal.
Ia degelar dengan Hujjatul-l-Islam karena pembelaannya yang mengagumkan terhadap agama ini, terutama dalam menyanggah aliran kebatinan dalam pain filsafat.”9
Al-Ghazali sangat produktif dalam menulis ; ilmunya sangat meluas, dan setiap ilmu yang ditulis adalah hujjah; bagus pemaparannya, jelas gaya bahasanya, tegas kesimpulannya serta kuat dalilnya. Karangan Al-Ghazali banyak sekali, yang meliputi berbagai macam lapangan ilmu pengetahuan. Seperti ilmu kalam, kitabnya adalah al-Iqtisad Fil-I’Tiqad’ ilmu ushul kitabnya Al-Mustasfa, akhlak ia menulis Mizanul-l-‘amal yang terpopuler adalah Ihya’u ‘ulumi’d-din, didalamnya ia kumpulkan pokok-pokok agama dan aqidah, ibadat, akhlak, dan kaidah-kaidah suluk yang pantas dijadikan pedoman bagi setiap muslim serta masih banyak lagi yang lainnya.
Yang mengherankan, ia juga menulis dalam filsafat. Kitab Maqasidu’l-Falasifah yang ditulisnya terdiri dari tiga bagian (Juz). Mengikuti metode kitab An-Najah, karya Ibnu Sina ; Mantik, alam dan ketuhanan (ilahiyah). Kitab ini telah diterjemahkan kebahasa latin dan telah memperoleh popularitas yang luas di Eropa. Karena itu kebanyakan ahli fikir di Eropa memandang bahwa Al-Ghazali adalah seorang filosof, bukan saja karena ia menulis kitab ini, malah juga ia menguasai bebagai ilmu serta menulisnya kecuali matematika dan fisika. Kecuali ilmu itu juga hujjah dalam ilmu mantiq, akhlak dan ilmu jiwa yang merupakan cabang-cabang filsafat yang diwarisi oleh bangsa Yunani. Sebagian besar kitab ditulisnya pada waktu ia bermukim di Bagdad. Sebagai guru besar di Universitas An-Nazzamiyah dari tahun 484 sampai dengan tahun 488 H. di penghujung tahun tersebut ia menulis kitab Tahafutu’l-Falasifah dimana ia menyerang para filosof serta menyatakan pemisahan diri dari filsafat tradisional yang diwarisi dari bangsa Yunani. Setelah mengisolir diri beberapa waktu, ia gemar berkotemplasi dalam “filsafat baru” yang secara khusus tercermin dalam kitab Al-iya’u Kimiya’u’s-sa’adah dan Miskatu’l-Anwar.
_________________________
. Drs. Rizal Mustansyir M.Hum, dan Drs. Misnal Munir M.Hum “Filsafat Ilmu” penerbit. Pustaka Pelajar al IV 2003 hal 2
2. Jan Hendrik Rapar “Pengantar Filsafat” Penerbit Kanisiu Jogjakarta ket ke 6 1996 hal 15.
3. Ibid
4. Ibid
5. Ibid
6. Drs. Hamzah Abbas “ Pengantar Filsafat Alam” Penerbit Al-Ikhlas. Jakarta 1981 hal. 4
7. Drs. H.A. Mustofa “Filsafat Islam” Penerbit Pustaka Setia. Bandung 2009. Hal. 214
8. Ahmad Hanafi, MA “Pengantar Filsafat Islam” Penerbit Bulan Bintang Jakarta. 1990. Hal. 135
9. Editor Drs. Ahmad Dauely, MA “Segi-segi Pemikiran Falsafi dalam Islam) penerbit Bulan
Bintang. Jakarta . 1984. Hal. 60
0 Komentar