Menentukan Variabel Penelitian, Merumuskan Anggapan Dasar Dan Merumuskan Hipotesis

PENDAHULUAN

Penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Penelitian merupakan kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dengan fakta empirik di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan bersandar kepada variabel, sedangkan hubungan nyata yang lazim dibaca dengan memperhatikan data tentang variabel itu.
Penelitian ilmiah yang mengukur variabel dalam penelitiannya adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantutatif biasanya dilaksanakan untuk menjelaskan, menguji hubungan-hubungan antar fenomena, menentukan kausalitas dari variabel-variabel. Pendekatan penelitian semacam ini bermaslahat untuk menguji teori. Hal ini dilakukan melalui pengujian validitas hubungan variabel-variabel dalam rangka menguji atau mengubah teori.
Hal ini tentulah sangat menarik untuk diulas dan diuraikan dalam bentuk sebuah makalah tentang variabel, anggapan dasar dan hipotesis penelitian karena memiliki urgensi dasar untuk melakukan peneliti terutama peneliti pemula sehingga memberikan suatu pemahaman terhadap suatu metode penelitian.

A.    Menentukan Variabel Penelitian
1.    Pengertian Variabel Penelitian
Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif. Secara singkat, variabel dapat didefinisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari satu nilai.
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Kidder (1981) variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Menurut (Bhisma Murti variabel didefinisikan sebagai fenomena yang mempunyai variasi nilai. Variasi nilai itu bisa diukur secara kualitatif atau kuantitatif.
Sudigdo Sastroasmoro, variabel merupakan karakteristik subyek penelitian yang berubah dari satu subyek ke subyek lainnya. Ahmad Watik Pratiknya mengungkapkan variabel sebagai konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variabel. Dengan demikian, variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
Soekidjo Notoatmodjo berpendapat variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota – anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dsb.
Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat dirumuskan definisi variabel penelitian adalah “suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”
Variabel penelitian memiliki beberapa kegunaan antara lain:
a.    Untuk mempersiapkan alat dan metode pengumpulan data
b.    Untuk mempersiapkan metode analisis/pengolahan data
c.    Untuk pengujian hipotesis
Dalam pelaksanaan penelitian, sebaiknya variabel penelitian ditetapkan dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar variabel penelitian tersebut relevan dengan tujuan penelitian dan dapat diamati dan dapat diukur.
Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasikan, diklasifikasikan dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.

2.    Jenis Variabel Penelitian
Nanang Martono menyatakan, ada beberapa jenis variabel, yaitu:
a.    Variabel bersifat publik dan privat
1)    Variabel pullik merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri suatu objek yang telah diketahui oleh umu. Misalnya: jenis kelamin, ras, pekerjaan, merupakan variabel yang bersifat publik karena hal-hal demikian sudah banyak diketahui publik.
2)    Variabel privat merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang secara pasti dapat diketahui, tetapi orang lain tidak berhak untuk mengetahuinya. Ciri-ciri ini lebih versifat pribadi (privat), misalnya: IQ, penghasilan penyakit yang diderita alat KB yang digunakan dan sebagainya.
b.    Variabel permanen dan temporal
1)    Variabel permanen merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang tetap dan tidak berubah dalam jangka panjang. Misalnya: jenis kelamin, ras, kepribadian, asal usul keluarga.
2)    Variabel temporal merupakan variabel yang menunjukkan ciri-ciri tertentu yang cukup mudah untuk berubah, misalnya: sikap, opini serta tingkah laku.
c.    Variabel bebas dan variabel terikat
1)    Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi terlebih dahulu. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif merupakan variabel yang menjelaskan terjadinyafokus atau topik penelitian. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan variabel “x”.
2)    Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai variabel yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan “y”.
Untuk dapat menentukan mana yang menjadi variabel independen dan mana yang menjadi variabel dependen, kita dapat membuat suatu dasar pemikiran yang mudah. Variabel yang keberadaannya lebih dulu ada dibanding variabel yang lain dapat langsung diposisikan sebagai variabel independen. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan ketika menentukan kedudukan kedua variabel ini, yaitu:
a)    Perhatikan tata urutan waktu, dengan melihat variabel mana yang lebih dahulu dari variabel yang lain;
b)    Perhatikan dampak atau akibat dari adanya variabel yang lain, variabel yang menjadi penyebab terjadinya variabel yang lain, diposisikan sebagai variabel bebas, dan sebaliknya;
c)    Perhatikan teori. Formulasi hubungan antarvariabel sangat bergantung pada hasil kajian teoretis dalam penelitian. Artinya, dalam menentukan posisi sebuah variabel, seorang peneliti harus memperhatikan teori yang menjelaskan hubungan beberapa variabel tertentu.
Contoh: dalam sebuah penelitian mengenai hubungan antara jenis kelamin dengan IPK. Variabel independen dalam penelitian ini adalah “jenis kelamin”, sedangkan variabel dependennya adalah “IPK”. Apabila hubungan kedua variabel tersebut digambarkan dalam hubungan geometris, maka akan menjadi:
Jenis kelamin (x)                           IPK (y)
d.    Variabel pendahuluan (antecendent variable), merupakan variabel yang mempunyai kedudukan sebagai variabel yang mendahului terjadinya variabel independen. Variabel ini merupakan variabel yang mengakibatkan perubahan pada variabel independen. Jika variabel ini dihilangkan, hubungan antara variabel independen dan dependen tidak hilang atau berubah. Contoh:
Jenis kelamin (a)        Tingkat pendidikan (x)       jenis pekerjaan (y)
e.    Variabel antara (intervening variable) merupakan variabel yang terletak antara variabel independen atau variabel dependen. Keberadaan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tergantung pada keberadaan variabel ini karena variabel independen harus mempengaruhi variabel antara terlebih dahulu, baru kemudian variabel antara ini yang dapat menimbulkan perubahan pada variabel dependen. Contoh:
Jenis kelamin (x)        Tingkat pendidikan (i)       jenis pekerjaan (y)
f.    Variabel kontrol merupakan variabel yang dibuat konstan, sehingga tidak mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel ini ditentukan oleh peneliti, terutama jika peneliti menggunakan metode eksprimen yang membandingkan dua kelompok. Misalnya, sebuah sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan mengerjakan soal statistik anatara mahasiswa jurusan Sosiologi dengan jurusan Ilmu Politik. Untuk itu, kedua kelompok mahasiswa tersebut diberikan tes statistik dengan soal yang sama. Soal statistik dalam penelitian ini berfungsi sebagai variabel kontrol.
g.    Variabel penekanan (suppresor variable) merupakan suatu variabel yang mengubah kekuatan hubungan dua variabel. Awalnya variabel independen dan variabel dependen tidak ada hubungan, namun setelah dihadirkan variabel penekan, hubungan antara kedua variabel tersebut menjadi tampak. Perubahan hubungan ini dapat diketahui setelah dilakukan analisis dengan alat uji statistik ternetu, misalnya menggunakan korelasi parsial.
h.    Variabel pengganggu (distorter variable) merupakan variabel yang megubah arah hubungan diantara dua variabel. Pada awalnya, variabel independen dan dependen mempunyai hubungan yang positif, namun setelah dimasukkan variabel ketiga (variabel pengganggu) hubungan kedua variabel tersebut menjadi negatif.

3.    Jenis Variabel Berdasarkan Hubungannya
Hubungan antarvariabel dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Ada tiga jenis hubungan antarvariabel, yaitu:
a.    Hubungan simetris
Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan simetris, apabila variabel yang satu tidak disebabkan oleh variabel yang lain, atau tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut:
x                     y
Contoh hubungan simetris adalah hubungan antara jumlah guru dengan jumlah fasilitas belajar di sekolah. Variabel jumlah guru tidak mempengaruhi jumlah fasiltas belajar, demikian juga variabel jumlah vasilitas belajar juga tidak mempengaruhi jumlah guru di sebuah sekolah.
b.    Hubungan timbal balik (resiprokal)
Hubungan timbal balik yaitu sebuah hubungan ketika sebuah variabel dapat menjadi penyebab dan juga menjadi akibat dari variabel lainnya. Kedudukan kedua variabel tersebut dapat saling dipertukarkan dalam waktu yang berbeda (tidak dalam waktu yang bersamaan). Hubungan timbal balik dapat digambarkan sebagai berikut:
x                         y
Contoh hubungan resiprokal adalah hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan status sosial. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi, akan memiliki status sosial yang tinggi. Sebaliknya, seseorang yang berada pada status sosial yang tinggi, juga akan dapat mengakses jenjang pendidikan yang tinggi pula.
c.    Hubungan asimetris
Hubungan asimetris, yaitu suatu jenis hubungan ketika variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain dan tidak dapat saling dipertukarkan. Hubungan asimetris dapat digambarkan sebagai berikut:
x                         y
Contoh hubungan asimetris adalah hubungan antara variabel jenis kelamin dengan prestasi belajar; hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4.    Pengukuran Variabel
Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi empat Skala Pengukuran, yaitu:
a.    Skala Nominal
Skala Nominal adalah suatu himpunan yang terdiri dari anggota-anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain. Misalnya:
1)    Jenis Kelamin: dibedakan antara laki-laki dan perempuan.
2)    Pekerjaan: dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang.
3)    Golongan Darah: dibedakan atas Gol. O, A, B, AB.
4)    Ras: dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid.
5)    Suku Bangsa: dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb.
Skala Nominal, variasinya tidak menunjukkan perurutan atau kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain.
b.    Skala Ordinal
Skala Ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan-tingkatan. Skala Ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan. Skala Ordinal adalah kategori yang dapat diurutkan atau diberi peringkat. Skala Ordinal adalah Skala Data Kontinum yang batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat dibandingkan hanyalah nilai tersebut lebih tinggi, sama atau lebih rendah daripada nilai yang lain. Contoh:
1)    Status Sosial
a)    Atas            (3)
b)    Menengah        (2)
c)    Bawah        (1)
2)    Prestasi belajar
a)    Baik            (3)
b)    Sedang        (2)
c)    Kurang        (1)
c.    Skala Interval
Skala Interval Adalah Skala Data Kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Dikatakan Skala Interval bila jarak atau perbedaan antara nilai pengamatan satu dengan nilai pengamatan lainnya dapat diketahui secara pasti. Nilai variasi pada Skala Interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (Lebih Besar, Sama, Lebih Kecil, dsb.); tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara Matematis, oleh karena itu batas-batas Variasi Nilai pada Skala Interval bersifat arbiter (angka nolnya tidak absolute). Contoh:
1)    IPK
a)    0,00 – 1,99        (1)
b)    2,00 – 2,99        (2)
c)    3,00 – 4,00        (3)
2)    Penghasilan
a)    < 500 ribu        (1)
b)    500 ribu – 1,5 juta    (2)
c)    > 1,5 juta        (3)
b.    Skala Rasio (Skala Perbandingan)
Skala Ratio Adalah Skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya mempunyai batas yang tegas dan mutlak (mempunyai nilai NOL ABSOLUT). Misalnya:
1)    Tinggi Badan: sebagai Skala Ratio, tinggi badan 180 cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 cm terhadap tinggi badan 120 cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa: tinggi badan 180 adalah 1½ kali dari tinggi badan 120 cm.
2)    Denyut Nadi : Nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya.
3)    Berat Badan.
4)    Dosis Obat, dsb.
Dari uraian di atas jelas bahwa Skala Ratio, Interval, Ordinal dan Nominal berturut-turut memiliki nilai kuantitatif dari yang Paling Rinci ke yang Kurang Rinci. Skala Ratio mempunyai sifat-sifat yang dimiliki Skala Interval, Ordinal dan Nominal. Skala Interval memiliki ciri-ciri yang dimiliki Skala Ordinal dan Nominal, sedangkan Skala Ordinal memiliki sifat yang dimiliki Skala Nominal.
Perbedaan keempat skala pengukuran tersebut disajikan dalam tabel berikut:
Perbedaan Empat Skala Pengukuran
Fungsi    Membedakan    Mengurutkan    Mempunyai Jarak    Ada Nilai Nol Mutlak
Nominal    Ya    -    -    -
Ordinal    Ya    Ya    -    -
Interval    Ya    Ya    Ya    -
Rasio    Ya    Ya    Ya    ya

B.    Merumuskan Anggapan Dasar
Setelah peneliti menjelaskan permasalahan secara jelas, yang dipikirkan selanjutnya adalah suatu gagasan tentang letak persoalan atau masalahnya dalam hubungan yang lebih luas. Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan sederetan asumsi yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi yang harus diberikan tersebut, diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar (postulat). Anggapan dasar ini merupakan landasan teori di dalam pelaporan hasil penelitian nanti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia anggapan dasar atau postulat adalah asumsi yang menjadi pangkal dalil yang dianggap benar tanpa perlu membuktikannya; patokan duga.
Winarno Surakhmad mendefinisikan anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik yang mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran.
Bambang Sunggono mendefiniskan anggapan dasar atau asumsi adalah suatu pernyataan yang diaggap benar tanpa perlu menampilkan data untuk membuktikannya. Asumsi harus konsisten dengan informasi yang ada dan dapat diterima. Dengan demikian, tidak disangsikan lagi kebenarannya. Apabila asumsinya tidak tepat, maka seluruh hasil penelitian menjadi tidak tepat juga sehingga kesimpulannya pun adalah kesimpulan yang palsu.
Untuk menentukan anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini oleh peneliti. Sebelum menentukan asumsi peneliti harus lebih mengetahui terhadap sesuatu dengan cara:
1.    Dengan banyak membaca buku, surat kabar atau terbitan lain.
Dalam hal ini, Sutrisno Hadi mengklasifikasikan bahan pustaka (yang disebut sumber acuan) menjadi dua kelompok, yaitu :
a.    Sumber umum: buku, teks, ensiklopedi dan sebagainya.
b.    Sumber acuan khusus: buletin, jurnal, periodikal (majalah-majalah yang terbit secara periodik), disertasi, skripsi dan sebagainya.
Dari sumber acuan umum dapat diperoleh teori-teori dan konsep-konsep dasar, sedang dari sumber acuan khusus dapat dicari penemuan-penemuan atau hasil penelitian yang sudah dan sedang dilaksanakan.
2.    Dengan banyak mendengar berita, ceramah, pembicaraan orang lain.
3.    Dengan banyak berkunjung ke tempat (lokasi penelitian).
4.    Dengan mengadakan pendugaan meng-abstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
Contoh-contoh dari asumsi yang penulis dapat berikan:
1.    bahwa perubahan-perubahan kurikulum hanyalah menambah kebingungan bagi guru dan peserta didik.
2.    bahwa persaingan penerimaan siswa baru antar SMU tidak sejalan dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya.
3.    bahwa pendidikan di Indonesia belum memenuhi kriteria pemerataan kualitas pendidikan antara di kota dan di desa.
4.    bahwa kurikulum membatasi kreatifitas guru dalam mengembangkan anak didik.
5.    bahwa krisis global kedua akan berpengaruh terhadap omset para pengusaha di seluruh Indonesia.

C.    Merumuskan Hipotesis
1.    Pengertian Hipotesis Penelitian
Suatu hipotesis merupakan pernyataan tentang karakteristik populasi yang berkaitan dengan suatu tujuan khusus tertentu. Sebagai contoh dengan tujuan khusus: “mempelajari korelasi antara variabel X dengan Y”, dikemudian hipotesis: variabel X dan Y berkorelasi positif”.
Pengertian Hipotesis Dalam Penelitian. Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan thesa” yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan menjadi Hipotesa.
Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis itu merupakan rangkuman rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoretis yang diperoleh dari penelaahan kepustakaan. Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenaranya.
M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almansur mendefinisikan hipotesis adalah patokan, pendirian, dalil yang dianggap benar, persangkaan atau dugaan yang dianggap benar untuk sementara waktu yang perlu adanya pembuktian tentang kebenaran. Di samping itu hipotesis adalah sesuatu yang masih kurang (hypo) dari sebuah kesimpulan atau pendapat (thesis). Jadi hipotesis adalah suatu jawaban yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi jawaban yang benar. Atau hipotesis adalah masalah penelitian yang dirumuskan untuk dibuktikan kenyataannya.

2.    Merumuskan Hipotesis Penelitian
Sumadi Suryabrata, bahwa merumuskan hipotesis tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
a.    Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih;
b.    Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan;
c.    Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat;
d.    Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data guna menguji kebenaran hipotesis tersebut.
Wirawan dalam M. Burhan Bungin menjelaskan rancangan hipotesis, yaitu:
a.    Hipotesis harus muncul dan ada hubungannya dengan teori serta masalah yang diteliti,
b.    Setiap hipotesis adalah kemungkinan jawaban terhadap persoalan yang diteliti,
c.    Hipotesis harus diuji (teruji) atau diukur (terukur) secara khusus untuk menetapkan apakah hipotesis paling besar kemungkinannya didukung oleh data empiris.
Ary dalam M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan Almansur merumuskan hipotesis dengan mempertimbangkan:
a.    Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan permsalahan,
b.    Dengan hipotesis yang baik dapat memberikan arah dan petunjuk tentang pengambilan dan proses interprestasinya.

3.    Macam-macam Hipotesis Penelitian
Ada beberapa jenis hipotesis berdasarkan hubungan antarvariabel, yaitu:
a.    Hipotesis Deskriftif: merupakan hipotesis yang menggambarkan karakter sebuah kelompok atau variabel tanpa menghubungkannya dengan variabel yang lain. Hipotesis deskriptif juga berfungsi untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang sampel penelitian. Contoh: 70 persen penduduk di daerah pedesaan bekerja sebagai petani; 80 persen penduduk di wilayah pesisir pantai utara ppualau jawa bekerja sebagai nelayan.
b.    Hipotesis Asosiatif: dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menjelaskan hubungan dua variabel atau lebih, baik secara eksplisit maupun implisit. Contoh: jenis kelamin mempengaruhi prestasi belajar (eksplisit); perempuan memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada laki-laki (implisit).
c.    Hipotesis Komparatif: hipotesis yang menyatakan perbandingan antara sampel atau variabel yang satu dengan sampel atau variabel yang lain. Contoh: terdapat perbedaan prestasi belajar antara mahasiswa laki-laki dan perempuan; terdapat perbedaan jenis pekerjaan yang disukai laki-laki dan perempuan.
Untuk lebih mudah dipahami mengenai berbagai macam atau jenis hipotesis diberbagai penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa jenis hipotesis dibagi menjadi tiga, yaitu: hipotesis nol (Ho), hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis kerja (Hk). Berikut penjabarannya:
a.    Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan statistik. Hipotesis ini mempunyai bentuk dasar atau memiliki statement yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan diteliti, atau variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabel dependen (Y). Statement konkretnya dapat dicontohkan: “tidak ada hubungan antara sikap pemihakan jurnalistik dan kepemilikan suatu media dimana jurnalis bekerja”, “Tidak ada hubungan antara tingkat pelanggaran seksual dan tingkat kasus penyakit AIDS/HIV di suatu negara”.
Hipotesis nol ini dibuat dengan kemungkinan yang besar untuk ditolak, ini berarti apabila terbukti bahwa hipotesis nol ini tidak benar dalam arti hipotesis itu ditolak, maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara variabel X dan variabel Y.
b.    Hipotesis Alternatif (Ha)
Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif dapat langsung dirumuskan apabila ternyata pasa suatu penelitian, hipotesis nol ditolak, hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikansi hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Pada penjelasan mengenai hipotesis nol di atas disebutka apabila hipotesis nol ditolak, maka secara otomatis hipotesis alternatif diterima. Keadaan seperti ini pula terjadi pada hipotesis alternatif, yaitu apabila hipotesis alternatif terbukti ditolak, maka otomatis hipotesis nol diterima. Sebagai contoh, hipotesis nol berbunyi: ”Tidak ada hubungan antara sikap liberalisme orangtua dan pemilihan tempat sekolah anak-anaknya”. Apabila ternyata hipotesis nol ini ditolak, maka otomatis hipotesis alternatif yang berbunyi: “ada hubungan antara sikap liberalisme orangtua dan pemilihan tempat sekolah anak-anaknya” dapat diterima. Hal ini sama saja sebaliknya.
Hipotesis alternatif dapat dipisahkan lagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1)    Hipotesis Alternatif Terarah (Directional Hypothesis)
Hipotesis ini menyatakan arah interaksi yang searah atau kebalikan hubungan signifikansi dari dua variabel. Contohnya: “Semakin positif persepsi pengguna merek oli JJ, maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan oli merek JJ tersebut”.
2)    Hipotesis Alternatif Tidak terarah (Non-Directional Hypothesis)
Hipotesis ini tidak menyatakan arah interaksi yang searah atau arah dari hubungan signifikansi antar dua atau lebih variabel. Contohnya: “ada hubungan semakin tinggi kadar keagamaan seseorang dengan semakin rendah keinginan orang tersebut terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan”.
c.    Hipotesis Kerja (Hk)
Hipotesis kerja (Hk) adalah hipotesis spesifik yang dibangun berdasarkan masalah-masalah khusus yang akan diuji. Hipotesis ini digunakan untuk mempertegas hipotesis hipotesis Ho atau Ha dalam statement yang lebih spesifik pada parameter (indikator) tertentu dari variabel yang dihepotesiskan. Contohnya pada Ho yang berbunyi: “Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial dengan pandangan politik masyarakat”, maka hipotesis Hk dapat dibangun dengan statement: (a) “Tidak ada hubungan antara perubahan status pekerjaan dan pandangan politik seseorang”, (b) “Tidak ada hubungan antara gerak kepndahan fisik dan pandangan politik seseorang”. Hal yang sama juga terjadi apabila pada suatu penelitian, peneliti menggunakan hipotesis Ha.

4.    Kesalahan dalam Uji Hipotesis
Walaupun berdasarkan analisis statistik kita telah menolak atau menerima suatu hipotesis, hal ini belumlah memberikan kebenaran mutlak 100%. Hal ini disebabkan kita terbiasa bekerja dengan data sampel sehingga kekeliruan sampling selalu ada betapapun kecilnya.
Ada dua macam kesalahan dalam menguji hipotesis :
a.    Bila dinyatakan Ho diterima dan dibuktikan melalui penelitian menerimanya, maka kesimpulan yang dibuat adalah benar;
b.    Bila dinyatakan Ho diterima dan dibuktikan melalui penelitian ditolak, kesimpulan yang diambil disebut: Kesalahan Model I;
c.    Bila Ho ditolak dan dibuktikan melalui penelitian menolaknya, kesimpulan yang dibuat adalah benar;
d.    Bila ho ditolak dan dibuktikan melalui penelitian menerimanya, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan Kesalahan Model II.
Contoh :
Tindakan Investor dalam Menanam Modal
Tindakan Investor    Sebenarnya    Penanaman Modal
     Ho Benar    Ho Salah
Menanam Modal    Tindakan Benar    Kesalahan Model II
Tidak Menanam Modal    Kesalahan Model I    Tindakan Benar

Mengenai bagaimana agar seorang peneliti tidak jatuh dalam melakukan pengambilan keputusan. Berikut adalah beberapa butir penting yang memungkinkan dapat membantu peneliti megurangi kesalahan dalam mengambil keputusan, yaitu:
a.    Hendaknya para peneliti hati-hati dan cermat dalam melakukan studi terutama dalam menuangkan ke dalam kerangka berpikir;
b.    Ketika mengajukan hipotesis nihil, sebaiknya peneliti tetap melihat hubungan teoritis dengan kenyataan yang ada di lapangan;
c.    Data yang dikumpulkan merupakan data yang betul-betul relevan dengan hepotesis yang hendak diujikan atau dibuktikan.


PENUTUP

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk publik dan privat, variabel permanen dan temporal, variabel bebas dan variabel terikat, variabel pendahuluan (antecendent variable), variabel antara (intervening variable), variabel kontrol, variabel penekanan (suppresor variable), dan variabel pengganggu (distorter variable). Adapun jenis hubungan antarvariabel, yaitu: Hubungan simetris, hubungan timbal balik (resiprokal), dan hubungan asimetris. Di samping itu,  terdapat empat Skala Pengukuran, yaitu: Skala Nominal, Skala Interval, Skala Rasio (Skala Perbandingan).
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik, dimana setiap penyelidik dapat merumuskan postulat yang berbeda. Seorang penyelidik yang mungkin meragukan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran. Biasanya sebelum menentukan asumsi peneliti harus lebih mengetahui terhadap sesuatu dengan cara: Dengan banyak membaca buku, surat kabar; banyak mendengar berita, ceramah, pembicaraan orang lain; banyak berkunjung ke tempat (lokasi penelitian) dan mengadakan pendugaan mengabstraksi berdasarkan perbendaharaan pengetahuannya.
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Adapun merumuskan hipotesis dengan cara: menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih, dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan, dirumuskan secara jelas dan padat dan dapat diuji. Sedangkan untuk jenis hipotesis diberbagai penelitian dibagi menjadi tiga, yaitu: hipotesis nol (Ho), hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis kerja (Hk). Di samping itu, ada dua macam kesalahan dalam menguji hipotesis, yaitu: Bila dinyatakan Ho diterima dan dibuktikan melalui penelitian ditolak, kesimpulan yang diambil disebut: Kesalahan Model I dan bila ho ditolak dan dibuktikan melalui penelitian menerimanya, maka kesimpulan yang diambil itu merupakan Kesalahan Model II.


DAFTAR PUSTAKA


Agung, I Gusti Ngurah, Manajemen Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2004.

Almansur, M. Djunaidi Ghoni dan Fauzan, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Malang: UIN-Malang, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial lainnya), Jakarta: Kencana, 2011.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 1990.

Martono, Nanang, Metode Penelitian Kuantitatif, Analisis Isi dan Analisis Data Skunder, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010.

Murti, Bisma, Penerapan Metode Statistik Non Parametrik dalam Ilmu-ilmu Kesehatan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996.

Notoatmojo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rieneka Cipta, 2002.

Sogiono, Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2006.

___________, Statistik untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2006.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1997.

Suryabrata, Sumadi, Metode Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011.

Watik Pratiknya, Ahmad, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

Posting Komentar

0 Komentar