PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya didalam maupun diluar sekolah. Anak itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang berlainan. Ia datang ke sekolah dengan membawa kebudayaan yang berbeda-beda karena itulah sekolah dikatakan sebagai pusat kebudayaan dan sekarang bagaimana sekolah mengikat kebudayaan yang beragam itu menjadi sebuah kesatuan, tanpa ada sifat fanatisme yang berlebihan dan mampu bersosialisme atau berinteraksi terhadap sesame serta guru.
Makna Pendidikan Dan Kebudayaan
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Keduanya merupakan gejala dan faktor pelengkap yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia selain sebagai makhluk alam, juga berfungsi sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berpikir (human rationale).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kita “budaya” berawal dari “budi dan daya” atau “dayanya budi’ sebagai cipta, rasa, dan karsa yang menghasilkan karya, antara lain adalah pendidikan. Menurut Doed Joesoef, kebudayaan adalah sistem nilai dan gagasan vital. Nilai berkaitan dengan dua hal, yaitu :
a. Standar, dasar atau asas penilaian yang dipakai dalam kehidupan untuk menilai segala sesuatu yang dihadapkan kepada kita untuk diputuskan.
b. Benda atau hal yang bernilai itu sendiri.
Sedangkan pendidikan, juga menurut Doed Joesoef diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, memahami, menyadari, menguasai, menghayati dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai nilai yang perkembangan diri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun nilai-nilai yang disepakati untuk dikembangkan melalui proses pendidikan bersumber pada :
⦁ Pikiran (logika) yaitu semua fakta ilmiah yang diakui kebenarannya oleh dunia ilmu pengetahuan.
Kebudayaan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Hal ini disebut kebudayaan sekolah.
Kebudayaan sekolah ialah “a complex set of beliefs values and traditions, ways of thunking and behaving” yang mengadakannya dari institusi-institusi lainnya. (7, P 150 f). Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure penting, yaitu
(1) Letak, lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubiler, perlengkapan yang lain).
(2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
(3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
(4) Nilai-nilai moral, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
Adapun fungsi yang diharapkan dari semua unsure kebudayaan yang sangat penting itu antara lain :
1 Dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2 Dapat menciptakan masyarakat belajar.
3 Dapat menjadikan teladan bagi masyarakat sekitarnya.
4 Dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan Sekolah dan Mobalitas Sosial
Dari pembicaraan diatas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan sekolah itu berperanan ganda terhadap masyarakat. Bagi kebanyakan anak, pendidikan sekolah berperanan mempertahankan status quo. Disamping itu, bagi sebagian anak pendidikan sekolah merupakan jalan bagi mobalitas sosial keatas.
Mobalitas sosial ialah gerakan individu dari suatu posisi sosial ke posisi sosial yang lain dalam suatu struktur sosial. Kita membedakan dua macam mobalitas sosial, yaitu (1) mobalitas sosial vertikal dan (2) mobalitas sosial kelompok dalam ruangan geografik (migrasi). Sedangkan mobalitas vertikal ialah gerakan individu turun-naik dalam tangga masyarakat.
Gambaran Kemajuan Kebudayaan Yang Ada Didalam Pendidikan Islam
Nama Abdurrahman Wahid, pengasuh Pesantreen Ciganjur, Jakarta Selatan, terkenal sebagai orang Islam yang menaruh perhatian penuh dalam pembinaan generasi muda Islam intelektual. Sebagian dari tulisannya yang berjudul : Menetapkan Pangkalan-pangkalan Pendaratan menuju Indonesia Yang Kita Cita-citakan, memberikan beberapa contoh penafsiran ayat Qur’an yang lain dari cara penafsiran tradisional dikalangan Islam. Dalam membuktikan bahwa dalam Islam benar-benar ada toleransi, bahkan dalam ajaran jihad dia memakai metoda jauh melampaui meroda fenomenologis, yang dapat disebut meroda tafsir teks-kritis histories. Kalau metoda tersebut diterima dan dipraktekkan dalam studi agama(Kitab Suci) pada lingkup yang luas khususnya bagi angkatan muda, maka mereka akan sampai kepada pemikiran baru yang menyegarkan dan menghidupkan kembali pemahaman lama yang telah membeku dalam tradisi berkat tafsiran yang berinspirasikan pada tuntutan situasi dan kondisi zaman baru. Dari situ akan timbul harapan realitas bahwa pintu-pintu yang semula tertutup rapat akan terbuka lebar bagi aktivitas dan kreativitas baru.
Kemajuan suatu bangsa tergantung pula untuk sebagian besar dari jenis sistem sosialisasi (pendidikan) yang diikuti. Dan jenis sistem ini pula mendatangkan hasil yang berbeda dan oleh karenanya juga perbedaan tingkat kemajuan bangsa yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, seperti telah ditekankan dimuka, agama ikut memainkan peranannya baik kea rah yang baik maupun yang buruk. Ke arah yang baik bila agama berkat visi religiusnya sanggup memberikan kepada pemeluk-pemeluknya suatu kerangka gambaran nilai-nilai yang luhur dari eksistensi dan esensi jagat raya ini yang patut dikejar untuk dicapai.
Hubungan Kebudayaan Antara Masyarakat Dengan Sekolah
Seorang ahli sosiologi pertama Darkheim menjelaskan bahwa hubungan antara masyarakat dan sekolah sangat erat kaitannya dikarenakan sekolah merupakan ajang kreasi merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai kelangsungan hidupnya dengan mensosialisasikan anak dan sekolah secara ekstern dapat mencerminkan nilai moral dan intelektual suatu masyarakat.
Adapun sebagai produsen kebutuhan pendidikan masyarakat, sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional diantara keduanya, yaitu :
1 Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat (orang tua, pemerintah, lembaga-lembaga sosial dan sebagainya). Semua tujuan pendidikan (institusionla, kurikuler, instruksional) hendaknya disesuaikan dengan GBHN, landasan idiil Pancasila dan landasan struktural Undang-Undang Dasar 1945, serta kebutuhan riil masyarakat. Dengan demikian diperlukan mekanisme informasi timbale balik yang rasional, objektif dan realistic antara sekolah sebagai produsen pendidikan dengan masyarakat sebagai konsumen output sekolah.
2 Ketetapan target/sasaran pendidikan sangat ditentukan oleh kejelasan rumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan masyarakat dengan masyarakatnya selaku pemesan. Disinilah perlunya pendekatan kompetensi dan sinkronisasi dalam pengembangan program kurikulum bagi masing-masing jenjang sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3 Agar sekolah/perguruan tinggi dapat menunaikan fungsinya dengan baik, perlu adanya hubungan serasi dan terpadu dengan masyarakat khususnya publiknya, misalnya dalam hal dana, fasilitas, dan jaminan-jaminan objektif lainnya, seperti keamanan kerja demi meningkatkan kegairahan kerja dan etos kerja.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil adalah : bahwa sekolah sebagai pusat kebudayaan diharapkan memperoleh manfaat ganda pertama sebagai guru/dosen dan juga merupakan bagian dari masyarakat dapat menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja dapat mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan kedua dapat membantu peserta didik bahwa lingkungan merupakan, pusat kebudayaan dan juga bermanfaat bagi lingkungan sosialnya dan lingkungan kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ari. H. Sosiologi Pendidikan. PT Rieneka Cipta. Bandung 2000.
Nasution, Prof. Sosiologi Pendidikan. PT Grafika Offset. Jakarta 1999.
Vembrianto, St. Sosiologi Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta 1999.
Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. PT Kanisius. Yogyakarta 1983
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. PT Usaha Nasional. Jakarta
Latar Belakang Masalah
Pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan juga interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya didalam maupun diluar sekolah. Anak itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang berlainan. Ia datang ke sekolah dengan membawa kebudayaan yang berbeda-beda karena itulah sekolah dikatakan sebagai pusat kebudayaan dan sekarang bagaimana sekolah mengikat kebudayaan yang beragam itu menjadi sebuah kesatuan, tanpa ada sifat fanatisme yang berlebihan dan mampu bersosialisme atau berinteraksi terhadap sesame serta guru.
Makna Pendidikan Dan Kebudayaan
Pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan, dan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan. Keduanya merupakan gejala dan faktor pelengkap yang penting dalam kehidupan manusia. Sebab manusia selain sebagai makhluk alam, juga berfungsi sebagai makhluk kebudayaan atau makhluk berpikir (human rationale).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kita “budaya” berawal dari “budi dan daya” atau “dayanya budi’ sebagai cipta, rasa, dan karsa yang menghasilkan karya, antara lain adalah pendidikan. Menurut Doed Joesoef, kebudayaan adalah sistem nilai dan gagasan vital. Nilai berkaitan dengan dua hal, yaitu :
a. Standar, dasar atau asas penilaian yang dipakai dalam kehidupan untuk menilai segala sesuatu yang dihadapkan kepada kita untuk diputuskan.
b. Benda atau hal yang bernilai itu sendiri.
Sedangkan pendidikan, juga menurut Doed Joesoef diartikan sebagai suatu proses belajar mengajar yang membiasakan para warga masyarakat sedini mungkin untuk menggali, memahami, menyadari, menguasai, menghayati dan mengamalkan semua nilai yang disepakati sebagai nilai yang perkembangan diri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Adapun nilai-nilai yang disepakati untuk dikembangkan melalui proses pendidikan bersumber pada :
⦁ Pikiran (logika) yaitu semua fakta ilmiah yang diakui kebenarannya oleh dunia ilmu pengetahuan.
Kebudayaan Sekolah
Sebagaimana halnya dengan keluarga dan institusi sosial lainnya, sekolah merupakan salah satu institusi sosial yang mempengaruhi proses sosialisasi dan berfungsi mewariskan kebudayaan masyarakat kepada anak. Sekolah merupakan suatu sistem sosial diantara para anggotanya yang bersifat unik pula. Hal ini disebut kebudayaan sekolah.
Kebudayaan sekolah ialah “a complex set of beliefs values and traditions, ways of thunking and behaving” yang mengadakannya dari institusi-institusi lainnya. (7, P 150 f). Kebudayaan sekolah itu mempunyai beberapa unsure penting, yaitu
(1) Letak, lingkungan dan prasarana fisik sekolah (gedung sekolah, meubiler, perlengkapan yang lain).
(2) Kurikulum sekolah yang memuat gagasan-gagasan maupun fakta-fakta yang menjadi keseluruhan program pendidikan.
(3) Pribadi-pribadi yang merupakan warga sekolah yang terdiri atas siswa, guru, non teaching specialist dan tenaga administrasi.
(4) Nilai-nilai moral, sistem peraturan dan iklim kehidupan sekolah.
Adapun fungsi yang diharapkan dari semua unsure kebudayaan yang sangat penting itu antara lain :
1 Dapat meningkatkan mutu pendidikan.
2 Dapat menciptakan masyarakat belajar.
3 Dapat menjadikan teladan bagi masyarakat sekitarnya.
4 Dapat membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Pendidikan Sekolah dan Mobalitas Sosial
Dari pembicaraan diatas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan sekolah itu berperanan ganda terhadap masyarakat. Bagi kebanyakan anak, pendidikan sekolah berperanan mempertahankan status quo. Disamping itu, bagi sebagian anak pendidikan sekolah merupakan jalan bagi mobalitas sosial keatas.
Mobalitas sosial ialah gerakan individu dari suatu posisi sosial ke posisi sosial yang lain dalam suatu struktur sosial. Kita membedakan dua macam mobalitas sosial, yaitu (1) mobalitas sosial vertikal dan (2) mobalitas sosial kelompok dalam ruangan geografik (migrasi). Sedangkan mobalitas vertikal ialah gerakan individu turun-naik dalam tangga masyarakat.
Gambaran Kemajuan Kebudayaan Yang Ada Didalam Pendidikan Islam
Nama Abdurrahman Wahid, pengasuh Pesantreen Ciganjur, Jakarta Selatan, terkenal sebagai orang Islam yang menaruh perhatian penuh dalam pembinaan generasi muda Islam intelektual. Sebagian dari tulisannya yang berjudul : Menetapkan Pangkalan-pangkalan Pendaratan menuju Indonesia Yang Kita Cita-citakan, memberikan beberapa contoh penafsiran ayat Qur’an yang lain dari cara penafsiran tradisional dikalangan Islam. Dalam membuktikan bahwa dalam Islam benar-benar ada toleransi, bahkan dalam ajaran jihad dia memakai metoda jauh melampaui meroda fenomenologis, yang dapat disebut meroda tafsir teks-kritis histories. Kalau metoda tersebut diterima dan dipraktekkan dalam studi agama(Kitab Suci) pada lingkup yang luas khususnya bagi angkatan muda, maka mereka akan sampai kepada pemikiran baru yang menyegarkan dan menghidupkan kembali pemahaman lama yang telah membeku dalam tradisi berkat tafsiran yang berinspirasikan pada tuntutan situasi dan kondisi zaman baru. Dari situ akan timbul harapan realitas bahwa pintu-pintu yang semula tertutup rapat akan terbuka lebar bagi aktivitas dan kreativitas baru.
Kemajuan suatu bangsa tergantung pula untuk sebagian besar dari jenis sistem sosialisasi (pendidikan) yang diikuti. Dan jenis sistem ini pula mendatangkan hasil yang berbeda dan oleh karenanya juga perbedaan tingkat kemajuan bangsa yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, seperti telah ditekankan dimuka, agama ikut memainkan peranannya baik kea rah yang baik maupun yang buruk. Ke arah yang baik bila agama berkat visi religiusnya sanggup memberikan kepada pemeluk-pemeluknya suatu kerangka gambaran nilai-nilai yang luhur dari eksistensi dan esensi jagat raya ini yang patut dikejar untuk dicapai.
Hubungan Kebudayaan Antara Masyarakat Dengan Sekolah
Seorang ahli sosiologi pertama Darkheim menjelaskan bahwa hubungan antara masyarakat dan sekolah sangat erat kaitannya dikarenakan sekolah merupakan ajang kreasi merupakan sarana yang digunakan masyarakat sebagai kelangsungan hidupnya dengan mensosialisasikan anak dan sekolah secara ekstern dapat mencerminkan nilai moral dan intelektual suatu masyarakat.
Adapun sebagai produsen kebutuhan pendidikan masyarakat, sekolah dan masyarakat memiliki ikatan hubungan rasional diantara keduanya, yaitu :
1 Adanya kesesuaian antara fungsi pendidikan yang diperankan oleh sekolah dengan apa yang dibutuhkan masyarakat (orang tua, pemerintah, lembaga-lembaga sosial dan sebagainya). Semua tujuan pendidikan (institusionla, kurikuler, instruksional) hendaknya disesuaikan dengan GBHN, landasan idiil Pancasila dan landasan struktural Undang-Undang Dasar 1945, serta kebutuhan riil masyarakat. Dengan demikian diperlukan mekanisme informasi timbale balik yang rasional, objektif dan realistic antara sekolah sebagai produsen pendidikan dengan masyarakat sebagai konsumen output sekolah.
2 Ketetapan target/sasaran pendidikan sangat ditentukan oleh kejelasan rumusan kontrak antara sekolah selaku pelayan masyarakat dengan masyarakatnya selaku pemesan. Disinilah perlunya pendekatan kompetensi dan sinkronisasi dalam pengembangan program kurikulum bagi masing-masing jenjang sekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
3 Agar sekolah/perguruan tinggi dapat menunaikan fungsinya dengan baik, perlu adanya hubungan serasi dan terpadu dengan masyarakat khususnya publiknya, misalnya dalam hal dana, fasilitas, dan jaminan-jaminan objektif lainnya, seperti keamanan kerja demi meningkatkan kegairahan kerja dan etos kerja.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami ambil adalah : bahwa sekolah sebagai pusat kebudayaan diharapkan memperoleh manfaat ganda pertama sebagai guru/dosen dan juga merupakan bagian dari masyarakat dapat menciptakan lingkungan sekolah dimana ia bekerja dapat mendarmabaktikan dirinya pada kehidupan kedua dapat membantu peserta didik bahwa lingkungan merupakan, pusat kebudayaan dan juga bermanfaat bagi lingkungan sosialnya dan lingkungan kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ari. H. Sosiologi Pendidikan. PT Rieneka Cipta. Bandung 2000.
Nasution, Prof. Sosiologi Pendidikan. PT Grafika Offset. Jakarta 1999.
Vembrianto, St. Sosiologi Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta 1999.
Hendropuspito, D. Sosiologi Agama. PT Kanisius. Yogyakarta 1983
Faisal, Sanapiah. Sosiologi Pendidikan. PT Usaha Nasional. Jakarta
0 Komentar